Saya benar-benar geram atas kejadian yang menimpa saya kali ini. Saya tahu bahwa atasan langsung saya merupakan orang yang bisa disebut sebagai "public enemy" di kantor saya. Kenapa disebut public enemy karena kebijakan-kebijakan yang dibuat olehnya dirasakan oleh beberapa pegawai sebagai kebijakan yang kurang memenuhi kepentingan pribadi para pegawai tersebut. Padahal sebenarnya kebencian semacam ini adalah suatu kebencian yang terlalu egois sekali karena saya sebagai bawahan beliau langsung mengetahui bahwa dalam setiap apa pun kebijakan yang diambilnya pasti ada pertimbangannya, bukan karena sentimen pribadi atau alasan negatif yang dituduhkan pada beliau. Hanya saja memang kebijakan itu jadinya kurang menguntungkan dari aspek pribadi beberapa pegawai. Siang ini, ada seorang pegawai yang entah tiba-tiba saja melabrak saya dengan mengomel akan kurang puasnya akan pelayanan yang diberikan bagian saya untuk para pegawai dan penggunaan fasilitas kantor. Dengan nada yang tinggi dan sangat terkesan marahnya, dia mengomel pada saya yang mana sebenarnya saya tidak ada sangkut pautnya secara langsung atas setiap omelan yang ditujukan. Jelas saya merasa tak nyaman atas segala omongannya itu. Namun, saya memilih untuk diam saja karena kalau pun diladeni omelan si pegawai tersebut malah sepertinya akan membuat kekisruhan di kantor. Dan dia semakin mengomel dan melampiaskan emosinya hingga kemudian dia berkata bahwa sebenarnya orang yang dituju untuk segala omelannya itu bukan saya rupanya, melainkan atasan langsung saya. Lah, lalu mengapa saya yang dijadikan pelampiasan? Aaaaaaaaaaargh! Sungguh kesabaran benar-benar teruji kali ini. Saya yang siang itu masih berkutat dengan hal-hal yang begitu rumit dengan pekerjaan saya, eh ada kejadian semacam ini. Terlalu! Dunia perkantoran ya memang suatu belantara memang! Welcome to the jungle, nas! *bbbeuh udah lama gak curcol straightly to the point kek begini, jadi mohon maklum dah dan kiranya MPers sekalian yang lebih berpengalaman bisa sharing bagaimana yang harusnya kita lakukan jika menghadapi hal demikian huhuhu* gambar diambil dari situs ini
Itulah dinamikanya office politic, mau gak mau pasti akan menghadapinya. Kuncinya selain sabar ya bersikap luwes dalam menempatkan keberanian dg benar :)
entahlah apa memang kantoran pemerintah itu kek begini ya...
saya jadinya berkesimpulan karena pegawai itu mau bertindak seenaknya sendiri pun hak-haknya pasti tetap terbayarkan ya jadilah semakin menjadi-jadi sikap egois semacam itu...
bbbbbeuh tapi pada dasarnya ya lebih mengharap pada hubungan kerja yang lebih kondusif, tidak pada alih profesinya...
ini nih Mas Iwan, yang memang betul2 dilatih dengan kondisi semacam ini...
karena saya pernah liat pengalaman orang2 yang terlalu mengedepankan emosinya dan jadi kehilangan kesabaran nyatanya malah semakin ricuh permasalahannya...
hmmm semoga saya masih diberikan kekuatan untuk bertahan.
Betul, sebelum menyesal pelajari dulu UU Ketenagakerjaan atau Peraturan Kepegawaian terkait. Ada banyak celah yg bisa dimanfaatkan untuk bisa menempatkan keberanian.
demotivasi pertama dari kecebong segar adalah lingkungan, karena yang bisa memotivasi hanya diri sendiri atau sekelumit yang lain. Paradigma itu tidak mudah dirubah, kecuali terpaksa atau dibawah tangan besi. Dan dalam beberapa hal kata sekat profesional itu masih seperti musuh dari budaya endemik...itulah mengapa pertemanan dan persekongkolan hanya berbeda tipis batasnya.Waspadalah, Waspadalah!!*bang Napi
beberapa kali juga pernah ngalamin hal yg mirip, yg terbaru ya beberapa hari yg lalu, dimarah2in atas hal yg saya ga tau apa2 dan (tentu saja merasa) ga salah apa2. beuu, sakit hati yaa.. *nasib pelaksana junior hehe
"simpan bara api itu, jaga dan terus bakar..hingga kelak saat berada di atas, ledakkan sumbunya..hanguskan semua, kerak-kerak yang membuat gerigi tak cepat bergerak. Sudah terlalu lama bangsa ini menunggu, sudah terlalu jauh bangsa ini berjalan..buatlah berlari!!"*orasi C#
memang ndak bakalan saya sendiri yang punya pengalaman macem kek gini...
saya ya merasanya ada aspek kejunioran juga di masalah saya nih... dianya (si pegawai yang ngomel, red.) itu keliatan saking ndak tahu mau melampiaskan ke siapa kekeselannya...
kalau mau langsung ke atasan saya, bakal ricuh lagi... kalau mau ke pelaksana bagian saya lainnya mereka lebih senior daripada si pegawai yang ngomel...
ingin banget meluapkan seluruh argumentasi bahwasanya kebijakan yang pernah dibuat dan tuduhan2 yang dialamatkan ke atasan dan seksi saya itu ndak benar....
mental2 pegawai yang tidak sehat memang masih banyak buaaaaanget
sabar ya nas.. Inilah hidup yang sebenarnya.. saya sudah ngalamin dari dulu di kampus.. heheeee Semakin tinggi derajat seseorang.. semakin besar pula cobaannya.. :)
memang paling enak nulis akh, atas kejadian kek gitu, hehe apalagi kalau membawa hikmah buat semua, hehe *wah, lama ga ketemu akh, an brusaha ngeblog lagi ni, hehe
aaaaaaah iyaaaaaa... saran mas oke juga ya... napa ndak saat itu saya pake headset atau apalah gitu untuk menetralisasi emosi dan ndak terpengaruh sama si orangnya...
dan hihihi keknya mungkin si orangnya belum sikat gigi soalnya ngomelnya dari jauh pula sih... *tapi pake nada tinggi gitu ~_~a
sebenarnya hubungan saya awalnya sama si pegawai itu baik2 saja kok, cuman karena sentimennya sama atasan saya itu lo yang entah kenapa belakangan ini kok dirambat2in ke saya ~_~a
mungkin si pegawai ini perlu diperlakukan lebih baik lagi...
huaaaaaaaaaaaa mbak Fajar semakin takluk aku akan kekerenanmu *kekerenan commentmu tapi lo hehehe
insya Allah akan dicoba, mbak Nis... tantangan nih malah...
pengennya ya si pegawainya itu sadar dengan cara yang baik
saya pun pernah sebenarnya bercerita dengannya (secara baik2) tentang betapa sentimennya dia dengan atasan saya, dan melihat begitu ia mengkonfrontasi atasan saya ini, ya simplenya malah saya kepikiran, "emang ndak ada cara baik2 untuk mengingatkan atasan saya, pak"... begitulah dan dia nyatanya masih bersikukuh dengan egonya dan memilih berseteru ckckkck
Saya benar-benar geram atas kejadian yang menimpa saya kali ini.
BalasHapusSaya tahu bahwa atasan langsung saya merupakan orang yang bisa disebut sebagai "public enemy" di kantor saya. Kenapa disebut public enemy karena kebijakan-kebijakan yang dibuat olehnya dirasakan oleh beberapa pegawai sebagai kebijakan yang kurang memenuhi kepentingan pribadi para pegawai tersebut. Padahal sebenarnya kebencian semacam ini adalah suatu kebencian yang terlalu egois sekali karena saya sebagai bawahan beliau langsung mengetahui bahwa dalam setiap apa pun kebijakan yang diambilnya pasti ada pertimbangannya, bukan karena sentimen pribadi atau alasan negatif yang dituduhkan pada beliau. Hanya saja memang kebijakan itu jadinya kurang menguntungkan dari aspek pribadi beberapa pegawai.
Siang ini, ada seorang pegawai yang entah tiba-tiba saja melabrak saya dengan mengomel akan kurang puasnya akan pelayanan yang diberikan bagian saya untuk para pegawai dan penggunaan fasilitas kantor. Dengan nada yang tinggi dan sangat terkesan marahnya, dia mengomel pada saya yang mana sebenarnya saya tidak ada sangkut pautnya secara langsung atas setiap omelan yang ditujukan. Jelas saya merasa tak nyaman atas segala omongannya itu. Namun, saya memilih untuk diam saja karena kalau pun diladeni omelan si pegawai tersebut malah sepertinya akan membuat kekisruhan di kantor. Dan dia semakin mengomel dan melampiaskan emosinya hingga kemudian dia berkata bahwa sebenarnya orang yang dituju untuk segala omelannya itu bukan saya rupanya, melainkan atasan langsung saya. Lah, lalu mengapa saya yang dijadikan pelampiasan?
Aaaaaaaaaaargh! Sungguh kesabaran benar-benar teruji kali ini. Saya yang siang itu masih berkutat dengan hal-hal yang begitu rumit dengan pekerjaan saya, eh ada kejadian semacam ini. Terlalu!
Dunia perkantoran ya memang suatu belantara memang! Welcome to the jungle, nas!
*bbbeuh udah lama gak curcol straightly to the point kek begini, jadi mohon maklum dah dan kiranya MPers sekalian yang lebih berpengalaman bisa sharing bagaimana yang harusnya kita lakukan jika menghadapi hal demikian huhuhu*
gambar diambil dari situs ini
wis...banting2monitor, keyboard...
BalasHapusmakane nas, nabung..njuk siap metu setiap saat..*ngajari ala
C#
beruntung kantor sy samapi saat ini sangat bersahabat
BalasHapusberharap dan seterusnya tetep bersahabat
xixixixixixi welcome the jungle..ud lama nga dgr istilah ntu :p
BalasHapusItulah dinamikanya office politic, mau gak mau pasti akan menghadapinya. Kuncinya selain sabar ya bersikap luwes dalam menempatkan keberanian dg benar :)
BalasHapusentahlah apa memang kantoran pemerintah itu kek begini ya...
BalasHapussaya jadinya berkesimpulan karena pegawai itu mau bertindak seenaknya sendiri pun hak-haknya pasti tetap terbayarkan ya jadilah semakin menjadi-jadi sikap egois semacam itu...
bbbbbeuh tapi pada dasarnya ya lebih mengharap pada hubungan kerja yang lebih kondusif, tidak pada alih profesinya...
tapi memang tak selamanya kita bakal akan berada di situasi nyaman terus lo...
BalasHapusyaaah inilah semacam asinnya garam pengalaman huhuhu
dulu tuh Uni, saat awal2 saya masuk kantoran, istilah ini sering didengungkan...
BalasHapusdan ternyata setahun berlalu pun istilah ini tetap terasa gaungnya huhuhu
ini nih Mas Iwan, yang memang betul2 dilatih dengan kondisi semacam ini...
BalasHapuskarena saya pernah liat pengalaman orang2 yang terlalu mengedepankan emosinya dan jadi kehilangan kesabaran nyatanya malah semakin ricuh permasalahannya...
hmmm semoga saya masih diberikan kekuatan untuk bertahan.
kantor yg dulu nih yg begini :p..maklum org lapangan..customer aja pertama2 yg dibilangin ma dia ntu "welcome the jungle"
BalasHapuskalo sekarang nga ada lagi istilah ntu..dsini org jawa 90%..banyak sungkannya
Betul, sebelum menyesal pelajari dulu UU Ketenagakerjaan atau Peraturan Kepegawaian terkait. Ada banyak celah yg bisa dimanfaatkan untuk bisa menempatkan keberanian.
BalasHapusdemotivasi pertama dari kecebong segar adalah lingkungan, karena yang bisa memotivasi hanya diri sendiri atau sekelumit yang lain. Paradigma itu tidak mudah dirubah, kecuali terpaksa atau dibawah tangan besi. Dan dalam beberapa hal kata sekat profesional itu masih seperti musuh dari budaya endemik...itulah mengapa pertemanan dan persekongkolan hanya berbeda tipis batasnya.Waspadalah, Waspadalah!!*bang Napi
BalasHapusC#
wuaaaaaaaa kantor saya multietnis Uni walau ada sih yang mendominasi, tetapi lebih ke arah kepentingan bukan etnis..
BalasHapusdulu Uni kerjanya di tempat pelayanan publik gitu juga ya?
ini yang belum saya pahami sepenuhnya... dan sebenarnya ya lebih pengen mengkondusifkan kondisi kantor nih...
BalasHapusmuak juga pake berseteru pihak ini itu, dan kemudian tiba2 disalahin seperti ini mas Iwan huhuhu
wuaaaaaaaaa bahasa kiasmu sungguh terasa sekali realitanya di sini...
BalasHapusbudaya endemik itu yang sedang memayoritas di sini jiyaaaan
heran pada lebih seneng bernegatif thinking :(
sabar sabar nas.. :D
BalasHapusbeberapa kali juga pernah ngalamin hal yg mirip, yg terbaru ya beberapa hari yg lalu, dimarah2in atas hal yg saya ga tau apa2 dan (tentu saja merasa) ga salah apa2. beuu, sakit hati yaa.. *nasib pelaksana junior
hehe
pesenku sih mung siji...
BalasHapus"simpan bara api itu, jaga dan terus bakar..hingga kelak saat berada di atas, ledakkan sumbunya..hanguskan semua, kerak-kerak yang membuat gerigi tak cepat bergerak. Sudah terlalu lama bangsa ini menunggu, sudah terlalu jauh bangsa ini berjalan..buatlah berlari!!"*orasi C#
memang ndak bakalan saya sendiri yang punya pengalaman macem kek gini...
BalasHapussaya ya merasanya ada aspek kejunioran juga di masalah saya nih... dianya (si pegawai yang ngomel, red.) itu keliatan saking ndak tahu mau melampiaskan ke siapa kekeselannya...
kalau mau langsung ke atasan saya, bakal ricuh lagi... kalau mau ke pelaksana bagian saya lainnya mereka lebih senior daripada si pegawai yang ngomel...
yaah nasib
jadi ya sempet kepikiran gitu...
BalasHapusingin banget meluapkan seluruh argumentasi bahwasanya kebijakan yang pernah dibuat dan tuduhan2 yang dialamatkan ke atasan dan seksi saya itu ndak benar....
mental2 pegawai yang tidak sehat memang masih banyak buaaaaanget
Sabar ajha, Mas...
BalasHapustentu itu solusinya ya kan mbak...
BalasHapusalhamdulillah walau hati rada marah dan dongkol tapi gak terlampiaskan pada tempat yang tidak tepat kek si pegawai itu
sabar ya nas..
BalasHapusInilah hidup yang sebenarnya.. saya sudah ngalamin dari dulu di kampus.. heheeee
Semakin tinggi derajat seseorang.. semakin besar pula cobaannya.. :)
sabar... sabar....
BalasHapustutup kuping kalau perlu.... atau mungkin tutup idung, karena yang ngomong marah2 belum sikat gigi :)
memang paling enak nulis akh, atas kejadian kek gitu, hehe
BalasHapusapalagi kalau membawa hikmah buat semua, hehe
*wah, lama ga ketemu akh, an brusaha ngeblog lagi ni, hehe
hehehe..
BalasHapusThat's life, anas :).
do'ake sing apik2 ya nas.. hehehe..
BalasHapusnek perlu wonge dikado sesuatu..
wis isa marakke anas mengamalkan amalan hati.. hihi =D
iku nasehat seorang sahabat pas aku diperlakukan ngunu.. haha
wuih,sepakat bgt ma komen mb jar,
BalasHapuswalau mgkn bkn hal yg mudah..
@fatah..
kecebong segar?
wkwkwkwk..
#ngguyu guling2
istighfar yang banyak mas, jadikan ajang peleburan dosa dan penambah pahala. Sekedar sharing, semoga tulisan yang satu ini bermanfaat ya
BalasHapusbaru kali ini dah nemu tipe orang macem aneh seperti pegawai yang ngomel itu beneran...
BalasHapusdan keknya dia tipenya langka memang...
yaaaaah memang jadi menambah perbendaharaan macam kepribadian orang hehehe
aaaaaaah iya kalimat terakhir itu emang jadinya kerasa banget... dulu awal2 di sini masalahnya mah kecil2, sekarang... bbbbeuh
aaaaaaah iyaaaaaa... saran mas oke juga ya... napa ndak saat itu saya pake headset atau apalah gitu untuk menetralisasi emosi dan ndak terpengaruh sama si orangnya...
BalasHapusdan hihihi keknya mungkin si orangnya belum sikat gigi soalnya ngomelnya dari jauh pula sih... *tapi pake nada tinggi gitu ~_~a
curcol soalnya Uda Andi huhuhu...
BalasHapusni juga dalam rangka cari saran juga dari peng-comment sekalian dan yaaaaap banyak sekali hikmah yang didapat memang
ayooo ngempi lagi Uda Andi... nanti insya Allah ana simak updatenya hehehe
the jungle indeed, ya mbak huhuhu
BalasHapusbrilliant!!!
BalasHapusakan dicoba deh
sebenarnya hubungan saya awalnya sama si pegawai itu baik2 saja kok, cuman karena sentimennya sama atasan saya itu lo yang entah kenapa belakangan ini kok dirambat2in ke saya ~_~a
mungkin si pegawai ini perlu diperlakukan lebih baik lagi...
huaaaaaaaaaaaa mbak Fajar semakin takluk aku akan kekerenanmu *kekerenan commentmu tapi lo hehehe
insya Allah akan dicoba, mbak Nis...
BalasHapustantangan nih malah...
pengennya ya si pegawainya itu sadar dengan cara yang baik
saya pun pernah sebenarnya bercerita dengannya (secara baik2) tentang betapa sentimennya dia dengan atasan saya, dan melihat begitu ia mengkonfrontasi atasan saya ini, ya simplenya malah saya kepikiran, "emang ndak ada cara baik2 untuk mengingatkan atasan saya, pak"... begitulah dan dia nyatanya masih bersikukuh dengan egonya dan memilih berseteru ckckkck
kyaaaaaaaa mas Nahar... setelah dibaca tulisan mas di wasathon itu...
BalasHapusiyaaaaaaaaa muara permasalahan si pegawai ini ya gara2 tingkat egonya yang sedemikian tingginya...
huuuufh jadi belajar banyak memang agar tidak menjadi orang semacam itu...
makasih mas atas tulisannya... mencerahkan :)
sabar ya :)
BalasHapusdunia kerja................. ternyata seringkali tidak ramah ya
BalasHapussedang sangat belajar akan hal ini dah jadinya, mbak...
BalasHapuskarena dalam dunia itu masing2 bersikukuh dengan kepentingannya masing2...
BalasHapusjadilah... ada yang tidak ramah, tetapi yang ramah sebenarnya banyak juga sih
Keep it. You'll be loved by God and people.
BalasHapusnice words from you, Uda..
BalasHapusthanks a lot... :)