Selasa, 24 April 2012

memaknai kehilangan

Kau tahu mengalami kehilangan adalah sesuatu hal yang sungguh begitu berat terasa. Lalu, kau paham juga bahwa dengan adanya kehilangan yang menimpa pada dirimu menjadikan ada ruang hampa yang tersisa dalam jiwa. Hilang adalah hal yang sering kali kau hindari, tetapi apa daya jua hilang terjadi begitu saja, tanpa kau inginkan, tanpa kau perlu paksakan, tanpa kau buat-buat.

Kau juga tahu bahwa kehidupan adalah sesuatu hal yang dinamis dan senantiasa berubah. Kalau kau perhatikan dengan seksama, maka rutinitas yang sebenarnya kau anggap belenggu itu pun adalah suatu bentuk kedinamisan hidup. Bukankah itu berarti dulu pernah kau rasa keberagaman hidup dan itu tandanya ada sesuatu yang berubah dalam hidupmu?

Maka apabila kau merasakan telah melewati suatu fase dalam kehidupanmu dan kemudian baru kau sadari bahwa ada yang berubah tanpa kau kehendaki, kau tahu bahwa adanya perubahan berimbas pada ada sesuatu yang hilang. Walau tak mesti hanyalah kehilangan yang kau alami, tetapi bisa jadi ia beriring kemudian dengan munculnya hal baru yang kau kecap dalam hidup. Hanya saja jelas, kehilangan adalah suatu hal yang mesti terjadi karenanya.

Kala kau merasakan kehilangan itu, pikiranmu menerawang bahwa telah ada yang tidak lengkap dalam simpanan memorimu. Kau mencari-cari apakah gerangan hal itu, tetapi tentu saja apa yang dicari itu telah tiada lagi di simpanan memori. Ia adalah hilang dengan artian hakikatnya itu. Kau perlu untuk mencarinya di luar simpanan memorimu dan menelusuri kembali jejak-jejak yang terserak dalam kehidupan. Barangkali memang ada, ada hal yang hilang itu tercecer dan kau harus ambil lagi ia untuk dibawa kembali pada simpanan memori.

Penelusuran itu bukanlah hal yang mudah kau lakukan, apalagi jika kau kecamukkan perasaan begitu menggebu dalam ekspresimu mengalami kehilangan. Justru perasaan yang berlebihan inilah dapat menjadikan kian sulit kau telusuri hal apa yang hilang itu. Bukankah seperti yang kau pahami bahwa adanya kehilangan yang kau alami mengharuskanmu untuk dapat menemukannya kembali? Maka, untuk mengembalikannya kau perlu berpikir teramat sangat, bukannya malah bergelut dengan perasaanmu sendiri.

Walau memang adalah hal yang wajar dalam membumbukan adanya perasaan dalam kehilangan yang kau alami. Kau adalah manusia yang mempunyai radar perasaan yang bernama hati. Hatimulah yang dengan sendirinya menjadikan kamu merasakan kehilangan itu. Kalau saja hilang itu tak mampu kau rasakan, bisa jadi kau anggap apa yang kau alami hanyalah sekadar papasan kehidupan yang telah berlalu belaka. Tetapi kau paham bahwa segala sesuatu yang berlebihan itu tiada baiknya dan kau sudah camkan pada dirimu bahwa kau perlu berpikir, tak hanya merasa saja, akan kehilangan yang kau alami dan menelusurinya hilang ke mana.

Perjalananmu dalam menelusuri itulah yang menjadikan kamu mengkilas balikkan setiap momen dalam kehidupan sembari kau bertanya apa yang kini telah tiada dan dulu ternyata ada. Ada sekian banyak hal yang tak mampu kau taruh dalam simpanan memorimu dan tercecer begitu saja. Tetapi akal pikiranmu yang tajam serta hal-hal pemicu ingatan akan menjadikanmu mudah untuk menangkapnya kembali. Kau dengan memoar tulisanmu yang telah merekam beberapa momen kehidupanmu, kau dengan rekaman peristiwa dalam bentuk gambar dan gerakan, kau dengan cerita-cerita orang lain akan kehidupanmu yang dulu. Bukankah itu hal yang mampu memicu dan mempermudahmu untuk menemukan kembali apa yang telah hilang, bukan?

Hingga kemudian kau beranjak pada satu titik cerah akan persoalan yang kau hadapi. Kau tahu apa yang kini hilang dari dirimu. Itu adalah suatu pencapaian yang sangat berharga, apalagi bila hal yang telah hilang dari dirimu memang pada dasarnya adalah hal yang begitu berharga pula. Pada saat seperti demikian itu bisa jadi perasaan kembali bermain dan persilakan saja ia untuk menyelimutimu. Karena bisa jadi sesallah yang kemudian ada dengan apa yang telah kau lakukan dalam hidup dan menjadikan sesuatu yang berharga itu telah menghilang kini.

Namun, kau wajib untuk bangkit setelahnya. Kau tahu apa yang hilang itu dan kau pun sudah memasukkannya kembali pada simpanan memorimu. Sekarang yang menjadi langkah selanjutnya adalah menjadikannya ia kembali mewarnai kehidupanmu sebagaimana yang kau rindukan. Hilanglah sudah kehilangan itu dengan demikian.

Begitulah caranya untuk kau dapat memaknai suatu kehilangan. Kehilangan bukanlah hanya sekadar apa yang harus kau rasa, tetapi kehilangan adalah suatu tanda bahwa kau harus mencari sesuatu yang kamu perlukan. Kau perlu berusaha, jangan sampai kau anggap kehilangan itu berlalu begitu saja. Apa yang terjadi kau tiada sanggup memaknai kehilangan apa pun itu, malah kau mengalami kehilangan makna dari hidupmu. Kau tahu mana yang lebih parah.

Maka aku pun sadar bahwa kau adalah aku dan aku adalah kamu. Kita saling berucap kata dengan cara yang demikian. Kau tahu juga bahwa bisa jadi hal semacam inilah pula yang ternyata hilang dari dirimu. Sungguh kehidupan tiada lagi sama seperti yang dulu saat kita begitu lepas bertutur kata dan cerita. Kini saatnya kita bersama kembali telusuri dan maknai kehilangan yang telah kita alami itu. Kau dan aku akan menjadi satu kembali...

Painan, 24 April 2012

*mengenang setelah sekian lamanya sudah begitu jarangnya bercerita dan berbagi kembali*

57 komentar:

  1. Maaf blom sempat baca karena lagi telponaaaaannnn ^_^

    BalasHapus
  2. ck..ck..ck..puitis nian.
    tuk menulis beginian, butuh waktu berhari-hari bagikuu...

    ^_____^v semanngat Dek.

    *asal ndak lost in love aja yaa...wkwkwk

    BalasHapus
  3. kehilangan itu... mungkin akan kembali dalam bentuk yang lain

    BalasHapus
  4. Mbak Firsty
    hohoho dipersilakeun...
    siapa cepat dia dapat...

    BalasHapus
  5. Mas Bambang
    ya begitulah ni kegalauan yang menimpa diriku sehingga sebegitunya miskin postingan di MP sini...

    hehehe curcol dengan bahasa sing rada mikir sithik hihihi

    BalasHapus
  6. Mbak Firsty
    hohoho masak cuman ngambil pertamaxnya doang nih, ditunggu ngantrenya lagi biar laris ya, mbak hehehe

    BalasHapus
  7. Mbak Aniez
    ketika perasaan begitu mendominasi saat menyikapi kehilangan... bbbbbbeuh itu bener-bener berasa kek kena penyakit komplikasi :(

    BalasHapus
  8. Mbak Miftah...
    ah keknya ndak sebegitunya deh, mbak ada potensi tuh kalau review postingane mbak hehehe

    lost in love? hiiiii ni kan intinya ada di ujungnya, soal nyeritain udah lama gak posting hal curcol macam gini di MP...

    BalasHapus
  9. Mas Rifki...
    tetapi ya itu mas, hilang itu setelah dimaknai lagi itu butuh usaha untuk ngedapetinnya lagi...

    eh, jadi inget ada yang perlu ditambahin tentang poin kalau udah sebegitunya usaha mencari kehilangan tapi gagal itu ya keknya tepat tuh apa yang mas comment...

    BalasHapus
  10. kau bukan aku dan aku bukan kau. karena ada beragam makna yang dapat dipetik dari sebuah kehilangan.

    BalasHapus
  11. Kehilangan.. itu wajar.. orang orang (dan lainnya) datang dan pergi..
    ada pertemuan, pasti ada perpisahan.. karena tidak ada sesuatu yang abadi di dunia ini.. (kok melu puitis sisan? hahaa)..
    Kehilangan apa to nas?

    BalasHapus
  12. Yaudah, diproduktifin nulisnya:D

    BalasHapus
  13. ih mas "kamu" nih mesti penasaran sama kamune nganti lali maca paragraf akhire...

    di situ dijelasin siapa si "aku" dan "kamu"nya

    BalasHapus
  14. hufh saya tuh mudah sekali belakangan ini mengalami kehilangan...

    semacam pribadi yang labil

    BalasHapus
  15. karena tentu kak Ai adalah semangka dan saya adalah nanas hehehe...

    eh, di tulisan saya keknya emang agak menegatifkan si kehilangan ya... padahal kan ia bisa memberikan makna sebegitunya...
    tapi ya itu yang bisa memaknai kalau saya pikir-pikir ya orang yang mau menelusuri kembali apa yang sebenarnya hilang darinya

    BalasHapus
  16. ketawan bacanya scanning...
    just for your info, saya tuh seringnya nulis itu ada semacam "twist" atau maksud yang kemudian terungkap di bagian akhirnya... jadi sumonggo tuh dibaca paragraf akhirnya...

    tapi yo pancen bener apa yang kau puitisasikan itu :)

    jadi kapan kita akan bertemu (dan berpisah lagi)?

    BalasHapus
  17. menelusuri apa yang hilang memang membutuhkan kesabaran...

    BalasHapus
  18. tenkyu mas :)

    pengen banget dah seaktif mas Syamsul, apalagi tulisan mas kan ringan padat dan berisi gitu huhuhu

    BalasHapus
  19. jelase ndak bisa sebegitunya produktif hingga akhirnya buat jurnal nikah kek mbake huhuhu

    *eh maksude belum saate kan ya hehehe

    BalasHapus
  20. berarti segera dikonsep dari sekarang aja, nas, jurnal nikahnya :D

    BalasHapus
  21. tapi mbake jelas punya gayanya yang khas mbak banget dah jurnal nikahe...

    kek mas Gun nge-Gun juga tuh... huhuhu

    BalasHapus
  22. di paragraf terakhir saya sudah terangkan,kak
    kalau saya kehilangan saya sendiri yang dulu begitu mudah bertutur cerita huhuhu

    BalasHapus
  23. berat kayaknya, jadi bacanya scanning. ternyata emang intinya di akhirnya ya.. :D

    BalasHapus
  24. begitulah... gaya saya sebenarnya kek gini dan saya baru menyadari dan menemukannya kembali huhuhu

    BalasHapus
  25. hidup adalah tentang perkara kehilangan... *kutipan kumcer Pukul Sebelas Malam-nya Desi Puspitasari*

    BalasHapus
  26. Sudah baca dari awal nas...
    cuma bingung mau komen apa... hheeee
    kapan bertemu? saya pertengahan Juli ke tanah melayu (Semenanjung) gimana kalau kita kopdar disana Uda? heheee...

    BalasHapus
  27. kutipan yang keren.....
    wah kudu dicari nih bukunya

    BalasHapus
  28. cie yang ke Kuala Lumpur nih ye.... itu berarti beneran ceritanya ada rencana jalan ke sana ya?
    duh saya belum ngurusin apa2 ik

    BalasHapus
  29. Siapa yang cerita nas? hhaaa
    beneran lah.. sama, saya juga cuman ngurus tiket doang.. paspornya baru minggu depan.. jadi nanti puasa perdana di Malaysia.. hhaaa..
    Ayo melu nas.. Aku budhal dhewean iki..

    BalasHapus
  30. heeee... pelupa nih sampeyan... kan yang cerita dirimu tuh...
    ho? puasa perdana di sono?

    aaaaaah pengen Salatiga ae nek ngono huhuhu

    weh weh weh keknya dirimu well prepared sekali

    BalasHapus
  31. hwaduh, panjang.belum dibaca semua.
    tapi let me guess, sedang merasa kehilangan seseorang bukan?

    BalasHapus
  32. sama terjebak seperti yang lainnya...

    cluenya ada di paragraf terakhir... ~_~a

    BalasHapus
  33. semangat!!! ayo, kembalikan lagi semangatmu,Nak...

    BalasHapus
  34. hohoho mas Dedy...
    jadi terharu sekali..

    baiklah mari kita semangat bersama-sama...

    BalasHapus
  35. hihihi belum jadi contact memang

    BalasHapus
  36. Well prepared apanya nas?
    soalnya tiketnya lagi murah.. jadi beli sekarang :p..

    BalasHapus
  37. Well prepared apanya nas?
    soalnya tiketnya lagi murah.. jadi beli sekarang :p..

    BalasHapus
  38. ya berarti tambah well prepared sekali tuh..
    udah ngetag harga yang murah ~_~a
    duh you're really faraway beyond me, dude..

    BalasHapus
  39. Malah dikira well prepaerd.. padahal gak blas.. kalau itu memang ngincer dari dulu nas,,, sering ngecek lewat aplikasi HP.
    Kalau dunia nyatanya... amburadullll :p

    BalasHapus
  40. hahaha yang jelas satu langkah lebih depannya kan emang sudah tuh daripada saya...

    jadi tunggu daku kau kutangkap hehehe

    BalasHapus
  41. Selangkah lebih depan piye nas?
    Anas sudah lulus kuliah, sudah PNS.. (sudah siap nikah.. :p)
    Saya kuliah belum lulus..
    Saya masih di belakang ini :p

    BalasHapus
  42. hiiiih kontekstualnya dong disempitkan...

    hanya pada persoalan tiket ke Luar Negeri hehehe

    wis to, sante ae, bakalan bisa terkejar dah diriku

    bisa juga malah nanti diriku yang ngejar kamu :)

    BalasHapus
  43. Yahh.. ada yang lenih ada yang kurang, namanya juga manusia :)

    BalasHapus
  44. jadi kita impas-impasan yaks hehehe

    BalasHapus
  45. mbak fajaaaaaaaaar......

    dan kujawab dengan lantang...
    iyaaaaaaaaaaaaa, mbak huhuhuhu

    BalasHapus