Semenjak saya ditempatkan di suatu kota yang begitu mempesona saya ini, Painan, saya mempunyai hobi baru untuk jalan-jalan menjelajahi keindahan dan berbagai pesona yang ada di sana. Benar-benar terasa melalui kegiatan semacam ini bahwa alam negeri kita ini mempunyai daya tarik yang sungguh menakjubkan. Semula saya yang dulunya terkungkung di satu ranah pulau saja, kini dapat merasakan bahwa tiap daerah mempunyai keelokannya tersendiri. Eloknya alam Ranah Minang inilah yang sangat sayang apabila dilewatkan selama saya masih diberikan kesempatan untuk berada di sini.
Kesamaan Minat Untuk Berjelajah
Pada awalnya, dalam penjelajahan akan keindahan alam Minang ini, saya hanya sendirian saja. Bagi saya, kesendirian dalam menelusuri pemandangan alam itu menjadikan sarana spesial untuk diri saya semakin dekat dengan alam. Saya cukup enggan jikalau dalam jalan-jalan yang saya lakukan membersamai suatu rombongan orang banyak karena seringnya perjalanan semacam itu menjadikan saya malah lebih fokus akan kebersamaan dan keakraban dalam rombongan itu dari pada fokus akan kedekatan kepada nuansa alam. Kadang memang diperlukan kesendirian dalam tujuan untuk merasakan kebersatuan dengan alam. Akan tetapi, pendapat saya yang satu ini kemudian berubah manakala saya bertemu dengan seorang sosok travelmate yang mendampingi saya dalam penjelajahan keindahan alam Ranah Minang ini.
Namanya Bapak Endang Uhan dan beliau bukanlah travelmate yang biasa bagi saya. Kenapa? Karena beliau adalah salah satu pejabat yang ada di kantor saya. Sungguh merupakan suatu hal yang tak dapat saya bayangkan sebelumnya, dapat bertemu dengan seorang travelmate yang ternyata adalah pejabat di kantor saya sendiri. Seringkali yang saya temukan adalah adanya kesenjangan hubungan antara para atasan dengan bawahannya. Namun, pada sosok bapak yang satu ini, sungguh saya merasakan adanya kedekatan personal dan oleh karena itulah, saya menjadikannya sebagai spesial travelmate saya J.
Awal perkenalan saya dengannya sebenarnya biasa saja. Interaksi pun dulu ala kadarnya. Namun, seiring waktu berjalan dan semakin intensifnya interaksi itu, kami saling menemukan satu titik temu yang mencocokkan kami berdua. Kami berdua sama-sama mempunyai minat yang tinggi untuk dapat menjelajahi keindahan alam Minang ini. Sebelum bersama saya pun, beliau sudah sering jalan-jalan sendiri dalam hal tujuan seperti ini. Sungguh, pada sosok bapak yang begitu murah senyum ini, saya melihat adanya kesamaan minat dengan diri saya.
Bersama Menemukan Pesona Keindahan Alam Pesisir Selatan
Semuanya itu bermula pada perjalanan kami menikmati pesona Air Terjun Timbulun pada tanggal 10 Desember 2011 yang lalu. Dengan hanya berjalan kaki menempuh jarak sekitar 3 km bersama saya saja, sungguh terasa begitu banyak makna perjalanan yang saya dapatkan bersama beliau.
Perjalanan ini rupanya berlanjut pada penjelajahan yang selanjutnya. Pada perjalanan menikmati Pantai Carocok 8 Januari 2012, saya mendapati sisi-sisi keindahan pantai yang belum saya ketahui dan berkat Pak Endanglah saya dapat menemukannya. Pada perjalanan menikmati Pelabuhan Carocok Tarusan 29 Januari 2012, saya mendapati keindahan panorama mentari tenggelam di sana dan hiruk pikuk arus pelabuhan yang dikenalkan oleh Pak Endang. Pada perjalanan bersama pula melewati daerah selatan Painan, yakni Batang Kapas-Sutera-Kambang-Panasahan tanggal 29 Januari 2012, keindahan alam begitu terasa bersama beliau.
Pantai Kandang Jawi yang merupakan satu kesatuan dengan Pantai Carocok pun kami jelajahi keindahannya pada tanggal 19 Februari 2012. Tak hanya sampai di sana saja, perjalanan pun dilanjutkan pada 17 Maret 2012 dengan menikmati nuansa senja hari di Puncak Langkisau. Jalur yang tak lazim untuk dilewati orang pun kami coba pada daerah Bukik Putuih-Sungai Nipah di tanggal 22 April 2012 yang kemudian berakhir bahagia dengan keindahan penyusuran pesisir pantai barat Sumatera hingga menuju kembali ke Painan.
Tak terasa hingga kemudian yang terakhir perjalanan bersama kami tempuh di daerah Bungo Pasang-Tambang-Salido Kethek pada tanggal 29 April 2012 yang lalu. Di sana, kami dapat menyaksikan sendiri sungai yang masih jernih, tambang batu bara, dan juga pembangkit listrik tenaga air. Masih banyak lagi tempat-tempat yang hendak kami sambangi dan semoga saja perjalanan bersama beliau akan terus berlanjut. Sungguh rasanya kini saya selalu menanti kesempatan untuk dapat menempuh suatu perjalanan bersama beliau. Beliau menjadikan dalam setiap perjalanan bersama yang kami lakukan ada nilai tambahnya tersendiri.
Momen-momen Yang Tak Terlupakan
Satu hal yang spesial dan terus saya ingat dari sosok bapak travelmate yang satu ini adalah ucapan beliau tentang mengingatkan kami akan perjalanan yang dilakukan ini adalah dalam rangka menafakkuri kebesaran Alloh, Sang Pencipta Alam, manakala kami terkagum-kagum dengan pesona alam yang terhampar di hadapan kami. Sungguh kalimat yang satu ini benar-benar mengena rasanya dan inilah yang menjadikan suatu perjalanan terasa begitu dekat dengan alam sebagaimana yang saya harapkan.
Pada momen yang spesial lainnya dengan beliau adalah saat kami bersama rombongan sekantor mengadakan acara jalan-jalan keluar kota, yakni daerah Bukittinggi. Kami berdua dengan isengnya mengadakan acara sendiri, yakni jalan-jalan sepuasnya menikmati daerah ini. Di malam hari kami menikmati keramaian dan hiruk pikuk sekitar Jam Gadang dan keesokan paginya manakala belum ada keramaian, kami dengan begitu leluasa dapat menikmati pesona Ngarai Sianok dan Benteng Fort De Kock.
Tak hanya itu saja momen spesial kami. Yang sungguh sangat berarti dan berkesan bagi saya adalah saat pertemuan kami yang tak disengaja di Bandung pada akhir bulan Maret yang lalu. Beliau saat itu tengah sibuk mempersiapkan pernikahan putrinya dan saya sedang bersilaturahim dengan seorang kawan di Bandung. Tentu dengan kesempatan masih berada di Bandung waktu itu, saya pun diundang dan hadir para acara beliau. Spesialnya saya dijadikan sebagai semacam pager bagus kala waktu itu. Ah, sungguh momen yang tak terlupakan. Bandung menjadi saksi akan kenangan yang indah itu.
Karambi Mudo (kelapa muda, red) juga menjadi hal spesial yang mengingatkan saya akan Pak Endang. Beliau sering dengan antusiasnya mengajak saya untuk minum air kelapa, minuman favoritnya. Sambil berbincang-bincang dan meminum air kelapa segar, kebersamaan begitu terasa.
Momen yang tak terlupakan juga terjadi manakala kami berdua dengan isengnya bercakap-cakap menggunakan bahasa Inggris. Beliau termasuk orang yang sangat tertarik dan ingin untuk menjadi lancar dalam berbahasa Inggris dan juga bahasa yang sering digunakan di sini, Bahasa Minang. Lagi-lagi saya menemukan kesamaan dengan beliau dan inilah yang menjadikan kami sering pula mempraktekkan bahasa Inggris dan bahasa Minang. Semangat belajar beliau begitu tinggi walau usia beliau dapat dibilang tak muda lagi. Hal ihwal tentang pekerjaan pun, beliau begitu semangat dalam mempelajari hal-hal baru dan sangat menekuni apa-apa yang menjadi tugas beliau. Ah, sungguh bapak yang satu ini merupakan salah satu contoh yang patut untuk saya teladani.
Kedekatan saya dengan pak Endang ini kemudian sudah menjadi rahasia umum di kantor saya. Hingga kemudian banyak bapak-ibu pegawai yang menjuluki kami sebagai “pasangan soulmate”. Mereka tahu bahwa kami mempunyai hobi untuk jalan-jalan bersama dan juga banyak kesamaan antara kami berdua. Sungguh, rasanya sebenarnya terlalu berlebihan untuk saya dijadikan soulmate untuk Pak Endang. Saya hanyalah pelaksana biasa yang mempunyai banyak kesamaan dengan beliau, sehingga tak patutlah julukan soulmate itu untuk kami. Akan tetapi, semakin lama memang semakin terasa kedekatan personal antara kami bukanlah sekadar hubungan profesional belaka, hubungan kebersamaan dalam jalan-jalan semata,beliau telah menjadi sosok yang spesial bagi saya. Bukanlah hanya sekadar travelmate biasa, mungkin ada benarnya kalau beliau telah menjadi soulmate bagi saya hehehe...
Di mata saya, Pak Endang merupakan sosok ayah, sahabat, travelmate, atasan, yang bergabung menjadi satu. Perjalanan demi perjalanan yang kami lakukan dan juga interaksi demi interaksi yang terjadi telah memberikan efek yang begitu membekas dalam hubungan kami. Sungguh, semakin patutlah bahwa Pak Endang ini menjadi spesial travelmate bagi saya karena bersamanya setiap perjalanan dan interaksi menjadi begitu bermakna . Terima kasih, bapak. Nice to have special moments with you, Sir..J
pertamaxxxx
BalasHapusbaca dulu yakkk, hehehe
BalasHapusluaaaaaaaar biasa...
BalasHapusmy kampuang :-)
BalasHapus--
stay there permanently mas. jadi orang sumando. Mau? :-))
silakan... saya nanti komentar yang sesungguhnya hohoho
BalasHapushahaha Pesisir Selatan emang mempesona banget sih Uda...
BalasHapuskalau yang permanen di sini, masih dipertimbangkan dulu hihihi
dowo.. khas anas.. ditandai dulu ya.. hehee
BalasHapushati-hati ya, pesisir tu banyak magicnya. Banyak bujangan yang masuk ke daerah itu, jadi 'ndak tahu' lagi kalan ke luar.
BalasHapus*nakut-nakutin ..
hihi
hebat, udah kemana2....
BalasHapuswaahh... ada yang berminat jadiin mas orang sana tuuhh.... hehehe
oooo ciri khas harus melekat dong
BalasHapushahaha keknya walau untuk lomba pun, teteup dhawane ~_~a
ha? masak sih? wuaaaaaah saya ya harus cari penangkalnya dulu
BalasHapuseh atau emang keknya dibiarin aja ya Uda hehehe
kenapa? khawatir ya mbak? heheh :D
BalasHapusnaaaas...
BalasHapusitu gambar pantainya cilik2 kaliii
waduh... jadi gimana gitu nih hehehe
BalasHapushmm asal dicarikan jodohnya dari sini sebenarnya tak apa-apalah
*mulai-ngelantur-hehehe*
kayaknya 'magic'nya dah mulai bekerja nih :-)
BalasHapusehem ehem uhuk uhuk nih jadinya
BalasHapusini nih MPnya ternyata bawel mbak...
BalasHapusmau diatur apapun kok jadinya kecil nih
kalau mbak klik gambarnya, baru deh dia bisa besar
lawong aslinya resolusinya gedhe kok pixelnya
ah ternyata sungguh tak terduga hehehe
BalasHapuskayaknya, ada yang siap-siap kecewa nih ..:-))
BalasHapusbiasa aja ah Uda
BalasHapuslife goes on
*haiyah-semakin-kemana-lagi-lanturannya*
Btw, hampir semua tempat yang mas sebut di atas, telah pernah saya jajaki juga
BalasHapus--
*ya iyalah, kampung sendiri. :-)
Enjoy your stay there mas!
yap absolutely Uda...
BalasHapusayo balik kampung lagi :)
dan ketemu saya tentunya hehehe
Bulan yang lalu saya pulang kok :-)
BalasHapuswew..ga jatuh cinta ama masakan minang?
BalasHapusyaaaaaaaaah Uda ndak bilang2... eh yang postingan ketemu keluarga itu ya..
BalasHapustapi di Jakarta bukan Uda?
kalau dibilang cinta keknya belum sebegitunya mbak
BalasHapustapi beneran sih saya sudah menyesuaikan diri dengan masakan pedas dan serba ladonya itu yang dulu saya hindari sekali huhuhu
dan hasilnya saya kok jadi semakin menggemuk ya di sini hihihi
Cantik.
BalasHapusPanjaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang... nanti dulu bacanya...
BalasHapusNas.. Ngomong2 km tau artinya orang sumando g?
BalasHapusHihi..
Didoakeun lah kl anas mau menetap dan jadi orang sana.. Hehe..
Ooo.. Sungai nipah tuh d bukit putui ya? Kl bukit putui aku srg dgr..
Ngomong2 karambi mudo.. Aku jdi inget maknan favorit lainnya.. Karambi udang.. Pernah nyoba g? Beuuuhh.. Itu mantep bgt.. Apalagi klo ibuku yg buat..
Fiuh, akhirny selesai bacanya..
BalasHapusSenang sekali bisa menjelajah alam yang Allah hamparkan di bumi.. Subhanallah.
wah... udah semua tempat painan dikunjungi yah?
BalasHapusPak Endang punya anak perempuan gak nas? mungkin bisa jadi love journey part 2 nanti :))
BalasHapusJadi uda nanazh alah mangarati baso minang? Alah bsa wak mangicek jo baso minang tu?
BalasHapusHaaa..uda nanazh lah ka jadi urang pasisia tu?*ngarti nga? Cri kamus gih hehehhe
LOCKED!
BalasHapus*juri mulai gerilya*
Yap, pemandangan di pesisir selatan itu cantik mbak :)
BalasHapusajari aku meringkas dong, bu Guru Ino
BalasHapusla wong dari dulu susahnya ya gimana cara bikin tulisan pendek
tapi kalau mau dipanjangin daripada ini juga sudah menthok lo aslinya
semenda kan ya kalau dibahasa Indonesiakan? eh eh eh itu artinya berarti... hohoho baru nyadar hihihi
BalasHapusSungai NIpah itu antaranya Painan sama Batang Kapas kok, yang dari jalan itu mash keliatan pantainya kalau keluar Painan....
He? Karambi udang? kombinasi kelapa dan udang gitu? wualah belum pernah nyoba dan ketemu tuh
hihihi maafkeun jadinya kepanjangan ya mbak Sari,,
BalasHapusyap benar2 merasakan dekat dengan alam dan karena travelmate saya ini saya jadi bisa menafakkuri kebesaran Illahi pula
Painannya sih keknya udah tahu seluk beluknya la wong kota kecil sih Mas
BalasHapuskalau Kabupaten Pesisir Selatannya nih yang jadi tantangan..
saking luasnya keknya masih menyimpan berbagai pesona yang harus dijelajahi hehehehe
ahahahaha Kak Ai nih aya aya wae
BalasHapuskenapa aya aya wae? karena putrinya Pak Endang semuanya sudah menikah huhuhu.... saya ketinggalan banget yah hehehehe
Ala mangarati sakethek-ketheklah Ni...
BalasHapushaduh pake dicek juga nih, paling banter yang saya sering ucapin tuh kek Ala, Alun, Baa, Dima, Bara, Lai, Siko, Iko, Beko *apalagi ya kosakatanya, keknya perlu dilist beneran ahahaha dan kamusnya dimanfaatin lagi hihihi*
he? jadi orang pesisir? ah anggaplah masih pendatang saja hehehe
hohohoho sudah tak bisa diedit lagi
BalasHapuspadahal ya ada dua kekurangan nih yang saya bingungin
yang pertama tentang gambar itu kok tampilnya kecil gitu ya, bingung ngegedheinnya
yang kedua tentang panjangnya tulisan, saya orangnya ndak ahli meringkas tulisan hihihi
baiklah silakan dinilai dewan juri :)
oh oh,, turut berduka cita kalo gitu, wkwk.
BalasHapustapi mungkin ada keponakannya yang masih gadis dan siap nikah, nas. #teteup usaha :))
so sweet.
BalasHapusCari travelmatenya cewek dooong
BalasHapushahahaha iyaya ndak menutup kemungkinan ya kalau gitu
BalasHapusthat's how my relationship with him uhuk uhuk jadi terharu pula
BalasHapuseaaaaaaaaa komentar mas Agus nih heboh wal dahsyat punya
BalasHapusyaaaaaah nanti ditunggu waktunya deh *maklum ijo lumut, ikatan jomblo lucu dan imut wkekeekekeke
Cek pm nas :p
BalasHapushihiih iyaa..semua masakannya pakai santan
BalasHapuslaik dis masbro,,, ^_^d
BalasHapussemenda itu apa ya?
BalasHapushaha.. malah aku yang dongdong..
iya.. udag dengan taburan kelapa parut berbumbu kuning dengan irisan cabe ijo..
sudah dijawab dengan penuh pertimbangan :)
BalasHapus*haiyah kek apa aja
dan parahnya saya belum bisa masak sendiri huhuhu
BalasHapusjadilah mau tak mau masakan Minang atau masakan jajanan kek bakso, mie ayam, nasi goreng, dkk...
maturnuwun sanget nggih (edisi Jawa)
BalasHapustarimo kasih ambo haturkan (edisi Minang)
diambil langsung dari KBBI nih "se·men·da n pertalian keluarga krn perkawinan dng anggota suatu kaum, jika dipandang dr kaum itu (msl orang yg kawin dng saudara atau kemenakan istri atau suami); hubungan kekeluargaan krn ikatan perkawinan: adat -- , aturan adat bermamak kemenakan (menurut garis ibu);"
BalasHapushohoho....
wuaaaaa adakah yang bisa buatnya di sini? belum nemu pula makanan semacam ini
Alamnya keren bangettt, sayang photonya kecillll :|
BalasHapusLuar biasa Pak Endang, meski sudah tak muda lagi, tapi semangatnya luar biasa :)
diklik aja mbak buat gedhe-in tuh... tahu tuh si MP, dari kemaren2 saya coba2 ndak mau besar terus huhuhu
BalasHapusbener2 membuat saya admire sama beliau banget dah :)
hatur nuhun pisan (edisi Sunda)
BalasHapusterimong geunaseh (edisi Aceh)
mator sekelangkong (edisi Madura)
#apasih
menambah perbendaharaan perbahasaan hohohoho
BalasHapuskamsa hamnida (edisi korea)
BalasHapusarigatou gozaimasu (edisi jepang)
makase (edisi manado)
#taktambahi
ckckckck nambah2in perbendaharaan nih :D
BalasHapusmakasih udah ikutan yaaa.... :)
BalasHapussama2 mbak...
BalasHapusmenarik memang ide lombanya... keren
baru tempat2 ini yang sudah saya kunjungi, hohoho masih banyak yang belum ternyata
BalasHapusoh baru ke Bukittinggi ya?
BalasHapussudah muter ke mana aja?