Satu kata ini bagi saya merupakan kata yang sungguh menarik. Kata yang bagi saya pribadi mempunyai kekuatan semangat untuk ingin tahu dan mengeksplorasi hal-hal baru. Kata “jelajah” inilah yang belakangan ini terus terngiang di benak saya selama menikmati perjalanan mengarungi indahnya alam Ranah Minang yang menjadi tempat perantauan saya sekarang ini.
Walau sebenarnya perjalanan yang saya lakukan belakangan ini rasa-rasanya tak terlalu dapat dikatakan sebagai suatu penjelajahan. Kalau benar-benar jelajah, maka seharusnya saya benar-benar mengeksplorasi tempat-tempat baru yang belum pernah ditemukan oleh orang lain. Padahal sebenarnya saya hanya mencoba untuk berwisata saja di wilayah sekitar saya tempati sekarang ini. Namun jelasnya, hal semacam ini adalah hal yang baru saya lakukan dan temui. Inilah yang menjadikan saya merasakan perjalanan yang telah saya lalui ini adalah suatu penjelajahan.
Saya sendiri tak menyadari bahwa dalam diri saya ini ada gejolak yang begitu besar dengan kata jelajah ini untuk dapat direalisasikan. Sungguh pun sebenarnya sebelumnya saya belum pernah menisbatkan diri dengan hobi ataupun kegemaran untuk jalan-jalan atau travelling. Kini saya sadari bahwa ada gejolak untuk itu. Mungkin ini besar dipengaruhi oleh kondisi merantaunya saya ke tempat yang benar-benar baru saya jejakkan kaki pertama kali. Lagipula memang benar sepertinya kata orang, alam Ranah Minang ini sungguh elok rupanya. Sayang sekali bila tak dijelajahi J.
Dan begitulah kata ini yang menemani saya selama penjelajahan yang saya lakukan berikut ini :
Jelajah Rihlah Lintas Kota (22-23 Januari 2012)
Kisah jelajah yang pertama kali ini adalah suatu rencana yang kemudian direalisasikan bersama dengan bapak-bapak sepengajian. Huhuhu istilahnya memang lebih tepat jika disebut “bapak-bapak sepengajian” daripada “teman sepengajian”, soalnya dalam pengajian yang saya ikuti itu hampir semua usianya di atas 25 tahun dan sudah mempunyai keluarga. La saya? Yah sudahlah anggap saja saya pengecualian dalam kelompok ngaji itu hehehe.
Perjalanan ini memang sudah direncanakan sebelumnya. Sudah ada beberapa kali pertemuan untuk membahas akan kemanakah rihlah kelompok sepengajian ini. Hasil musyawarah kemudian memutuskan untuk bepergian menuju daerah Danau Maninjau dengan tema rihlah kali ini adalah rihlah wirausaha. Ada pun maksud dari rihlah wirausaha ini adalah dengan rihlah ini nantinya juga sekaligus belajar mengenai praktek wirausaha (yang dapat diambil nantinya rencana belajar wirausaha keramba ikan). Jadi, rihlah ini ditujukan bukan sekadar senang-senang belaka, tetapi ada unsur pembelajarannya juga. Such a great idea, isn’t it?
Untuk rihlah yang satu ini, cukup aneh untuk mengawalinya. Karena apa? Karena kami berangkatnya saat malam hari. Hal ini dimaksudkan karena keterbatasan waktu liburan saat itu dan juga hasil kesepakatan bersama menyesuaikan agenda masing-masing sebelumnya. Jadilah, sekitar pukul 10.00 malam dari Painan, rihlah ini pun dimulai. Dini hari kami tiba di Padang dan menjemput beberapa peserta yang memang saat itu ada di Padang dan meminta untuk dijemput. Di saat dini hari itu dan di kota Padang pula kami makan malam untuk mengisi tenaga perjalanan yang masih akan berlanjut.
Yap, perjalanan malam itu masih lanjut hingga nantinya tiba di Kota Pariaman. Rencananya nanti di kota inilah kami benar-benar akan istirahat dulu di rumah salah satu kerabat peserta rihlah yang ada di sana. Hmm.. Benar-benar malam yang panjang waktu itu dan yap baru kali ini saya mengalami perjalanan di malam hari euy.
Tiba di Pariaman, kami ngobrol sejenak dan kemudian langsung istirahat. Waktu itu sepertinya sekitar pukul 1 atau 2 dini hari. Saya pun kala waktu itu sudah dalam fase ngantuk berat. Yang jadi hal mengesankan di sini adalah saat shubuh dan keesokan harinya. Pada saat shubuh, saya mendengar bunyi debur ombak tak jauh dari tempat kami menginap. Rupanya, saat hari sudah mulai terang kala esok hari, saya pun baru sadar kalau tempat kami menginap tidak jauh dari pantai. Pantas saja mendengar deburan ombak di sini. Pantainya sih sebenarnya tidak terlalu istimewa, kawasan pantai ini juga bukan tempat wisata, melainkan kawasan nelayan. Namun, justru inilah hal baru yang saya dapati, pemandangan esok hari di pantai dan juga aktivitas para nelayan saat itu. Suatu pengalaman baru yey!
Esok itu berlangsung cukup singkat saja. Sekitar pukul 7 pagi kemudian kami langsung mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan utama, daerah Maninjau. Perjalanan kali ini tidak dihiasi dengan kelokan jalan yang cukup sering ditemui pada rute Painan-Padang. Jalanan saat itu begitu lengang dan alurnya relatif lurus tidak berkelok-kelok. Sekitar pukul 9 pagi, karena belum sempat sarapan, kami pun memutuskan untuk sarapan di kota Lubukbasung, ibukota daerah Kabupaten Agam. Tak disangka rupanya kami telah melintas Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Padang, Kabupaten Pariaman, Kota Pariaman, dan kini mencapai Kabupaten Agam. Hohoho sungguh perjalanan lintas kabupaten. Di kota ini, kami berhenti di daerah yang namanya Pasa Lamo (Pasar Lama, red.) dan menikmati hidangan sate Piaman, sate khasnya orang Minang, khususnya daerah Pariaman (padahal kan sedang di daerah Agam kan ya hehehe).
Setelah sarapan, perjalanan pun lanjut. Kali ini rutenya semakin mempesona saya. Kealamian perbukitan semakin terasa saat mendekati daerah tujuan kami. Maninjau kemudian menampakkan dirinya. Subhanallah betapa luasnya danau ini dan dikelilingi oleh perbukitan... Waktu itu jadinya saya hanya bisa berbengong ria mendekat ke arah kaca jendela mobil yang saya naiki.
Perjalanan pun terus dilanjutkan sambil mengitari kawasan danau Maninjau ini. Ah, dalam hati saya pengen bilang ke bapak sopirnya buat mendekat ke arah danau dan turun di sana. Namun, kesepakatan rombongan kala waktu itu adalah menuju ke tempat salah seorang wirausahawan keramba ikan. Hehehe kan tujuan rihlah kali ini kan memang untuk sharing teknik wirausaha. Jadilah saya menahan keinginan itu.
Pak Idris nama beliau. Beliau sebenarnya orang asli Pesisir Selatan (lebih tepatnya daerah Tapan, jauh ke arah selatan dari Painan), tetapi memilih menetap di daerah Maninjau bersama keluarganya untuk menjalankan usaha keramba ikan. Kesederhanaan rumah beliau awalnya membuat saya terperangah. Kesannya sangat bersahaja sekali, apalagi di sekitar rumahnya persawahan dan perbukitan. Huhuhu bener-bener khas pedesaanlah pokoknya, asri dan alami.
Nah, selama berada di rumah beliau, sebagaimana tujuan semula, kami pun membicarakan hal ihwal mengenai usaha keramba satu ini dan juga paling banyak sih bertanya kabar. Beliau ini kan sebenarnya teman lama dari kebanyakan peserta rombongan, jadi ya sudah tidak asing lagi. Hanya saja bagi saya tentunya agak terasa asing. La wong ni orang-orangnya pada ngobrol pake bahasa minang sih ~_~a.

Sekitar 1-2 jam saja kami berada di sana sembari langsung juga mengamati keramba ikan di belakang rumah beliau. Perjalanan kemudian dilanjutkan, kali ini tujuannya adalah Bukittinggi, kota yang dulu pernah saya sambangi. Pada bagian perjalanan kali ini alhamdulillah keinginan saya yang sebelumnya terpendam kemudian dapat terpenuhi dengan keputusan rombongan untuk turun sejenak menikmati pemandangan danau Maninjau di sebuah masjid bernama Masjid Jami’ Al Ihsan. Heuheuheu masjid yang didominasi warna hijau ini selain letaknya yang persis di tepian danau, mempunyai desain khas masjid Minang sekali menurut saya. Di sana juga ada kolam ikan yang isinya banyak sekali. Huhuhu pemandangan Maninjau dari belakang masjid ini sungguh membuat saya tak kalah takjub.
Setelah berpuas ria menikmati pemandangan Maninjau, perjalanan pun lanjut, dan yap kali ini guna mencapai kota Bukittinggi, sopir memilih rute melewati jalan yang terkenal, yakni Kelok Ampek Puluh Ampek (atau 44). Huhuhu dari namanya ternyata memang mencerminkan nyatanya. Pada tiap kelokan hingga mencapai puncak ada tiang penanda ini sudah kelokan keberapa. Pada kelokan ke-33, rombongan berhenti dan memutuskan untuk melihat Maninjau dari atas (saat itu sudah berada hampir di puncak jadi ada pemandangannya). Aaaah jadi tambah takjub lagi dah dengan pemandangan yang ada.
Hingga akhirnya adzan Dhuhur berkumandang, sampailah kami di daerah Bukittinggi. Kami pun sholat jamak di Masjid Al Falah, daerah Jambu Air, Bukittinggi. Setelah itu, kami melintasi kawasan kota dan mencari oleh-oleh untuk keluarga masing-masing (saya ngasih oleh-oleh ke siapa ya hehehe). Kala waktu itu kawasan Menara Jam Gadang yang merupakan pusat kota sedang padat-padatnya dan mobil berjalan merayap, hohoho dapat dimaklumi sih Bukittinggi kan emang kawasan yang oke punya buat dikunjungi sewaktu liburan seperti ini.
Setelah dapat oleh-oleh, barulah kemudian kami memutuskan untuk perjalanan pulang dengan melewati rute Bukittinggi-Padangpanjang-Kabupaten Pariaman-Padang-Painan. Kami sempat makan siang dahulu di daerah perbatasan Bukittinggi-Padangpanjang, hehehe di rumah makan masakan Padang tentunya huhuhu. Menjelang maghrib, barulah kami tiba di Padang dan kemudian diputuskan untuk istirahat sholat jamak untuk Maghrib-Isya di salah satu rumah mertua peserta rombongan di daerah Kuranji. Di sana ternyata juga ada usaha keramba ikan, jadi mulai lagi deh tanya-tanya dan juga alhamdulillah dapat jamuan makan malam ikan bakar hehehe. Huhuhu saat itu, katanya Uda Romi, sempat liat saya tuh waktu beliau melintas, hanya saja ya kami tak sempat bersua deh hehehe.
Perjalanan ini pun berakhir dengan sampainya kami di Painan kembali sekitar pukul 10 malam. Hohoho benar-benar perjalanan lintas kota yang menyenangkan dan tentunya melelahkan heuheuheu.
Album foto untuk kisah jelajah satu ini sudah saya publish di http://nanazh.multiply.com/photos/album/36/jelajah_ranah_minang
Jelajah Lintas Utara Pesisir Selatan (28 Januari 2012)
Nah, selang beberapa hari dari jelajah lintas kota tadi, saya ndak kapok buat jalan-jalan lagi hehehe. Kali ini saya jalan bersama salah satu Kepala Seksi di kantor saya, namanya pak Endang. Beliau orang yang sangat friendly banget kepada saya dan suka sekali jalan-jalan. Jelajah kali ini pun sebenarnya merupakan ide dan ajakan dari beliau.
Waktu itu sih pada siang hari saya diajak oleh beliau menikmati kawasan Pantai Carocok Painan. Saya pun menemui beliau di sana dan kemudian tercetuslah ide dari beliau untuk jalan-jalan ke daerah Tarusan (utaranya Painan). Tentu saja dengan gairah jelajah yang masih “in”, saya pun mengiyakan tawaran beliau.

Kami pun memulai jalan-jalan ini dengan naik travel mobil Painan-Padang yang nantinya akan lewat daerah yang kami tuju. Hanya sekitar 45 menit perjalanan, kami pun tiba di daerah Simpang Tarusan. Dari sini perjalanan dilanjutkan dengan naik ojek menuju daerah kawasan Pelabuhan Carocok Tarusan.
Ngojeknya ndak lama-lama, sekitar 15 menit kami sampai di kawasan pelabuhan itu. Hohoho awalnya saya kaget dengan tujuan dari Pak Endang ini, soalnya ya bukan daerah wisata banget, malah bener-bener pelabuhan sebenarnya. Namun, setelah saya amati sekeliling, panorama pelabuhan ini bukan panorama biasa.
Kawasan pelabuhan ini ternyata merupakan teluk yang dikelilingi oleh perbukitan. Dan inilah yang membuat saya takjub dengan pemandangannya. Tak lama menjelang, saya dapati fenomena sunset di sini. Huaaaaaaah keren euy, nuansa langit merah jingga kekuningan dan juga tenggelamnya mentari di perbukitan itu sungguh sesuatu banget.
Saya pun kemudian diajak oleh Pak Endang menuju ke daerah satunya lagi tak jauh dari situ dengan ngojek sekitar 5 menitan. Daerah Batu Kalang namanya. Huhuhu fenomena awan senja dan juga garis pantai nan panjang bikin saya demen jeprat-jepret sana-sini. Namun, sayang hanya sebentar saja karena hari sudah menjelang malam dan kami harus pulang.
Begitulah jelajah lintas utara. Album fotonya juga udah dipublish di sini http://nanazh.multiply.com/photos/album/37/jelajah_utara. Silakeun berkunjung ^_^.
Jelajah Lintas Selatan Pesisir Selatan (29 Januari 2012)
Nah, keesokan harinya setelah jelajah lintas utara ni, pak Endang menghubungi saya dan mengajak saya jalan-jalan lagi. Hohoho bapak yang satu ini emang oke punya deh dan sepertinya gairah jelajahnya lebih “in” daripada saya hehehe. Pak Endang mengajak untuk jalan-jalan ke daerah pantai selatan yang dari dulu membuatnya penasaran karena kalau dari kawasan Carocok Painan terlihat ada pantai pasir putih di kejauhan mata memandang ke arah selatan.
Saya kemudian jadi inget cerita teman saya dari kantor sebelah, yakni KP2KP (kantornya pajak) Painan, kalau dia pernah cerita tentang pengalamannya jalan-jalan ke daerah selatan. Jadilah, saya kemudian menghubungi dia dan yes dia pun menyanggupi untuk memandu jelajah kali ini.

Sekitar pukul 10.30an, kami pun berkumpul dan dimulailah perjalanan antara saya, pak Endang, teman saya KP2KP Painan (namanya Kangmas Uda Agus hehehe), dan bang Ucok (honorer KP2KP Painan). Kami berempat mengarungi jalanan lintas selatan Pesisir Selatan ini dengan naik motor berpasang-pasangan.
Yap, kali ini adalah pengalaman saya pertama jalan ke arah selatan dan woooouw subhanallah ternyata fenomena pemandangannya luar biasa. Barang perjalanan 5 menit keluar Painan saja ke arah Batang Kapas, saya mendapati pemandangan teluk dan perbukitan yang eksotis.
Sempat kami berhenti di warung kopi aceh rekomendasi dari Pak Endang mengingat kami waktu itu belum sarapan hehehe. Di sana pun belakang persis warungnya adalah perbukitan dan di seberang jalannya adalah pantai heuheuheu. Mantep deh.
Perjalanan pun lanjut dan yap, seperti yang saya duga, jalanan khas ranah Minang kami tempuh rupanya. Berkelok-kelok, melewati perbukitan, di tepi pantai, di tepi jurang, di tepi tebing heuheuheu. Dari Kecamatan IV Jurai (ni kecamatannya Painan) lewat, kemudian melintasi kecamatan Batang Kapas, tiba di kecamatan Surantih, dan hingga akhirnya tiba di Kecamatan Lengayang. Heuheuheu ini jelajah lintas kecamatan euy. Fyi, kecamatan di sini rasa-rasanya tuh seperti lintas kabupaten saja kalau dibandingkan dengan luas kecamatan di Jawa (esp kota saya, Salatiga). Sempat kami dhuhuran dulu di Masjid Istiqomah Muhammadiyah daerah Surantih.
Di daerah Lengayang atau lebih sering disebut orang dengan daerah Kambang, saya menjumpai sisa-sisa dari musibah banjir Pesisir Selatan yang terjadi pada bulan November lalu. Masya Allah rupanya memang benar-benar parah, jalanan sampai terputus dan menjadi hamparan pasir dan terlihat beberapa rumah yang rubuh akibat banjir kombinasi dari meluapnya sungai, derasnya hujan, dan terpaan ombak.
Sesampainya di daerah Pasar Miskin, Kambang, kami pun berhenti dan kemudian memutuskan untuk balik perjalanan. Hohoho nama daerahnya cukup unik memang dan emang masih sederhana gitu. Karena sudah lapar makan siang, kami pun mencari-cari tempat yang pas buat makan siang. Hehehe lucunya udah jauh-jauh ke daerah Kambang (sekitar tiga jam perjalanan) e malah kemudian makan siangnya balik ke daerah Batang Kapas. Kenapa kami milih makan siang di sini karena di sini ada tempat makan yang posisinya menarik, di tepi tebing yang menghadap langsung ke lautan. Huhuhu pemandangan yang keren.
Dari Batang Kapas, kami melaju menuju balik ke Painan. Lah terus ndak jadi ke pantainya dong? Nah, karena saat itu sudah sore dan kemudian lokasi pantai yang direkomendasi begitu jauh (namanya Pantai Teluk Kasai kalau ndak salah), jadilah kami malah milih pantai yang dekat-dekat saja dari Painan, yakni pantai dan kawasan pelabuhan Penasahan. Hohoho udah jauh-jauh ke Kambang sampai 3 jam perjalanan ujung-ujungnya ke pantainya yang deket banget dengan Painan hehehe. Tetapi emang worthed kok perjalanannya. Apalagi selama perjalanan ini saya mempraktekkan bagaimana caranya menjepret foto sembari boncengan hehehe.
Setibanya di Penasahan, hohoho saya langsung hunting objek yang bisa dijepret. Di sana memang kawasan pelabuhan modern dengan beberapa kapal yang sepertinya untuk pesiar ukuran medium. Kerennya pula di daerah ini adalah dari kejauhan saya dapati pemandangan Painan dari kejauhan, maklum soalnya Penasahan ini berada di tepi teluk Painan. Di samping kawasan pelabuhan, ada pantai alami dan di sana ada banyak rumput laut dan karang-karang euy. Cukup dangkal pula, sehingga bisa mudah dijangkau tanpa perlu snorkelling hehehe.
Nyatanya pada suatu kesimpulan yang saya dapati, baik itu lintas utara kabupaten Pesisir Selatan maupun lintas selatan, jelaslah sudah, fenomena pemandangan alamnya emang oke punya euy.
Silakan dapat dinikmati jepretan amatir saya di album foto yang satu ini http://nanazh.multiply.com/photos/album/38/jelajah_selatan.
Ha... Jadi, marilah kemari hei hei hei kawan... Alam Ranah Minang ini sungguh tak patut untuk dilewatkan dari destinasi plesiran teman-teman sekalian hehehe. Jelajah Ranah Minang... suatu tantangan bagi saya. Nantikan ya edisi cerita saya selanjutnya... Pasti panjangnya yang jelas hehehe..
pertamaxxx
BalasHapusHaryo menunggu-nunggu postingan saya ya jangan-jangan hohohoho...
BalasHapusbwt nisa,jelajah selain tafakur alam,tp jg alat ukur diri n mengasah kemampuan.
BalasHapusmengukur diri sberapa kuat mhadapi cobaan slama menjelah,mengasah kemampuan untk mengenal org lain n bersikap dgn cr yg tepat dgn teman sperjalanan..
^^
mas anas..
BalasHapuspanjang banget deh.
*meski seperti biasanya postingan mas anas.
*rada ngeluh -padahal pelan-pelan baca -.-
diiyain aja deh, biar seneng.. Hahaa..
BalasHapusSaya lagi nyambi ngerjain revisi nas.. Cuma kok ngepas ada postingan baru muncul.. sek ya, butuh waktu lama untuk baca.. panjangnya kayak cerita harry potter nih.. :P
Yessss.. Klimax sudah diamankan
BalasHapusyaa ampun.. ini ngingetin aku sm akhir desember-awal januari lalu.
BalasHapusnaluri jelajahku sdg begitu 'in'
kangeen semangat jalanjalan. sayang uang tak menunjang #eh
belum kesampean juga target (awalnya januari) utk ke bandung. huhhu
Mbak Novi...
BalasHapusbetul sekali itu mbak.. itu juga ibrahnya rihlah kemaren... apalagi ni dengan "bapak-bapak sepengajian".. jadilah salah satu aspek untuk mendekatkan saya dengan mereka adalah perjalanan ini... alhamdulillah ada kesempatan untuk itu :)
Ziyy...
BalasHapusjelasnya ni adalah luapan 3 bagian cerita jadi satu dari 3 album foto yang sebelumnya sudah terpublish.... kadang saya rasakan luapan untuk bercerita itu saking menggebu-gebunya... sepertinya saat mau menjalani suatu penjelajahan hehehe
Haryo...
BalasHapusaaaaah kau membuatku merasa bersalah telah menggoda dirimu membaca postingan panjangku ketimbang ngerjain tugas revisimu *halah ndak iyo hehehe*
wis wis wis lek ndang garap meneh, ben cepet dadi pak insinyur lan jalan2 bareng aku hohoho *loh?
Haryo...
BalasHapussekali lagi
antiklimaks aja deh
*jangan2 tugas revisinya juga gitu tuh*
semangat Haryo *loh?
oyaya Ziyy... kemaren kan ya yang ke sana ke mari... tapi masih di pulau Jawa kan ye hehehe
BalasHapusayo kapan ni ke Aceh? katanya pengen ke sana, saya juga ada keinginan ke sana utamanya ke Langsa bertemu dengan kawan2 seperjuangan di sana dan Banda Aceh buat liat Baiturrahman... jangan lupa Ranah Minang juga disambangi, kan di sini juga banyak mbak-mbak seangkatan saya (note:yang laki penempatannya di Painan, lainnya seperti Sijunjung, Bukittinggi, dan Solok para mbak-mbak semua huhuhu)
hm ini pun jelajahnya saya hemat diongkos lo.
jalan2 sekitar tempat domisili dulu aja.
bandung tujuan yang oke punya, yakin wis, ndak nyesel planning ke sana :)
correct.. memang sudah anti klimax.. tidak ada semangat yang tersisa.. hahaa..
BalasHapusnanti saja yo.. saya bacanya. masih ingin ber OOt ria..
minggu ngarepe wes mlebu kuliah maneh aku nas.. anyaran.. hehee.. (tambah mumet iki :p)
Kalau memang benar-benar mau jalan-jalan Kejauhan tuh, sekalian aja ke Malaysia. tiket pesawatnya lebih murah daripada saya ke painan.. hehe :D.. (penawaran serius nih.. ) saya mau ngurus paspor juga, kalau jadi liburan semester depan (juli-agustus, sek suwe sih) mau berangkat.. tertarik? hehee.. sori ya.. merusuh di lapak anas ^^V
Haryo...
BalasHapusealah haryo... mana semangat mudamu? bisaaaa.... *haiyah*
hahaha jubul semangat OOTe...
ooooh Malaysia itu juga jadi keinginan tuh... bolehlah kita ketemuan di sana aja ya... kopdar yang lumayan keren kan jadinya hihihi.... tiket Air As*a Padang-Kuala Lumpur murah juga...
memang pakai tiket air*** Asia, nas (sensor tiada guna)
BalasHapusBeneran? hehee.. kalau iya, saya ngurus passport nih..
n pesen tiketnya juga, soalnya kalau jauh jauh hari dapat harga miring.. hehee :D
teman-teman saya sekarang lagi disono jalan-jalan.. upload foto foto juga (saya gak jadi ikut, bikin mupeng.. *sigh)
Kalau Anas jadi nanti kontak-kontakan lagi OK
Ckckck. Ini brapa halaman yak?
BalasHapusjadi inget nasyid lama...
BalasHapus"berjalan bermusafirlah...."
awalnya doank yg diinget
ada gunanya kali... coba kalau ntar searching air as*a atau si air as*a iseng cari orang yang nyebutin dia *halah hehehe
BalasHapushmmm tapi ya ini kek problema cuti pula... masih di awang-awang sekali nih...
sampeyan ngurus sik dah, ntar aku nyusul nek ana kepastian
seorang pegawai jalan2 ke luar negeri pun untuk kepentingan pribadi ada aturane je
Anas sudah pernah ke Danau Maninjau?
BalasHapushmmm 6 halaman A4 pake spasi 1 tuh kalau dari wordnya hehehehe
BalasHapusheeee.... nasyid nasyid lama biasanya oke punya... judulnya apa mas? biar ntar dicari hehehe
BalasHapusya inilah sepenggal cerita dari sekian banyak lokasi yang dikunjungi kak.. hehehe
BalasHapusHhee.. tunggu tanggal mainnya saja nas.. Kalau ada liburan (tapi gak ada liburan semester kaya' mahasiswa ya)..
BalasHapusTernyata jadi pegawai rumit juga ya nas? hhee
it's really complicated indeed :(
BalasHapusAa... Anas galau lagi nampaknya?
BalasHapusKeep spirit uda.. :D
Pasti ada celah untuk liburan.. biarpun cuma 2 hari atau 3 hari..
Harapan itu masih ada memang kok, Haryo... Sepertinya akhir pekan ni jelajah lagi deh... tapi ndak pulang dulu huhuhu
BalasHapusini bocah jalan-jalan mulu yak...
BalasHapusgimana ya mas... takdirku kok kayake sedemikiannya beruntung jalan2 terus nih... padahal penempatan sudah setengah tahun pula... jadi kerasa masih baru di sini gitu hehehe
BalasHapus