Jadi sudah keberapakah ya postingan yang saya publish di MP ini tentang Painan? Coba deh diinget dulu sekalian promosi terselubung hahaha... Ada jurnal Out of Scenario to Painan, jurnal Tersenyumlah Painan, jurnal [Puasa Pertamaku] Ramadhan in Painan, jurnal Musajik Koto Painan, jurnal Hatiku Tertambat pada Pantaimu, QN Empat Pesona Painan, QN Night at Painan, QN Pantai Muaro (Painan) versus Pantai Aie Manih (Padang), QN Bukan Agustusan Tetapi Nuzulul Qur’an di Painan, QN Semburat Pelangi Kala Senja Hari Kota Painan, QN Idul Adha di Perantauan dan Pray for Pesisir Selatan, QN Ada Pameran Lagi di Painan, album foto Painan, dan album foto Lintas Utara Painan. Huaaaa baru nyadar juga nih saya sebegitunya banget mencatut nama kota yang satu ini di MP saya. Maklum sih ya lima bulan ini tinggal di kota ini tuh bener-bener merupakan babak kehidupan yang baru dan tak pernah saya sangka sebelumnya. Sesuatu bangetlah kalau Syahroni bilang.
Dalam masa lima bulan yang telah berlalu sampai hingga akhirnya menuju titik di mana sekarang saya berada, hmmm kota ini masih terasa barunya buat saya. Tiap harinya kok kerasa ada aja yang bisa dieksplor sebagai pengalaman baru di kota ini. Yang semula saya kira Painan tuh cuman empat aja pesonanya, ternyata ratusan *lebay deng hehehe*. Subhanallah walhamdulillah lah saya dikenalkan dengan kota ini yang memang saya pilih sebelumnya untuk penempatan, walau yo sebelumnya minim info pula ni kota bakal kek kayak apa ya.
Hahaha intinya tulisan kali ini sih yo apalagi kalau nggak buat memamerkan pesona-pesona Painan yang belakangan ini baru saya temukan. Hihihi lagi-lagi ini laporan saya sehabis jalan-jalan euy. Pada postingan ini sih sebenarnya kalau dibilang ndak ngomongin ke daerah Painan sih, aslinya malah daerah sekitar Painan. Nah, daerah sekitar Painan itu adalah daerah kecamatan yang namanya Bayang Utara. Kecamatan ini berada di sebelah utara dari Kecamatan IV Jurai yang merupakan kecamatannya dari Painan (Painan itu sendiri sebenarnya nama suatu nagari).
Nah, alkisah hari Ahad (27/11) kemarin, perjalanan pun dimulai untuk menikmati pesona daerah Bayang. Pada daerah ini terdapat dua objek wisata yang sangat terkenal di Kabupaten Pesisir Selatan, bahkan menjadi icon khas, yakni Jembatan Akar dan Air Terjun Bayang Sani. Well, baiklah here there are untuk review tiap objeknya. Semoga deskripsinya dapat mewakili bagi yang belum bisa maen ke sini hehehe...
The Famous Jembatan Akar
Kebanyakan orang Minang kalau ditanya mengenai Painan pasti terbersit langsung beberapa objek wisata yang terkenal darinya. Semula sih saya sebagai pendatang baru tentunya, saya mendapatkan info ada empat pesona yang ada di Painan. Pesona itu adalah Pantai Carocok, Bukit Langkisau, Air Terjun Timbulun, dan Jembatan Akar.
Tiga objek dari empat pesona yang dibilang orang itu sudah saya kunjungi, maklum emang tempatnya terjangkau langsung dari Painan. Nah, kalau yang jembatan akar ini, letaknya tidak di nagari Painannya, tetapi berada di nagari Pulut-pulut, Kecamatan Bayang Utara. Cukup jauh dari Painan, sekitar 20an km ke arah utara. Karena masih satu kabupaten, maka Jembatan Akar ini masih diidentikkan dengan Painan.
Karena jauhnya ini dan juga tak ada ajakan maen ke sana, jadilah saya sebelumnya ndak sebegitunya penasaran ma objek yang satu ini. Namun, semuanya itu berubah manakala belakangan ini bukannya ajakan yang saya dapatkan, tetapi cerita-cerita yang bikin saya kepengen mengunjunginya. Ini gara-gara ada mitra kerja dari madrasah yang lokasinya dekat dengan Jembatan Akar ini selalu aja mempromosikan objek ini kepada saya dan juga teman saya dari KP2KP Painan (unit vertikalnya kantor pajak) yang baru saja ke sana. Teman saya yang KP2KP ini padahal baru saja balik ke Painan setelah diklat sekian lamanya di Jakarta dan saya yang lebih lama di sini kok belum ke sana, ya jadilah saya tertantang untuk pengen tahu juga seperti apa sih Jembatan Akar itu hehehe.
Kalap karena penasaran itulah yang menjadikan saya akhirnya nekad jalan-jalan ke sana hohoho. Tanpa ada teman, tanpa ada sarana transportasi milik pribadi. Memang untuk menuju objek ini belum ada sarana transportasi publik gitu. Nah, karena saya belum punya sarana transportasi milik pribadi, jadilah saya memakai jasa ojek. Heuheuheu padahal dengan lokasi sekitar 20 km, ngojek pasti biayanya bakal jadi fantastis gitu. Ah, karena masih dalam suasana kalap, yo singkat pikir saya, ndak apa-apalah untuk sekali waktu ini. Tentang tak ada teman, well saya emang orangnya termasuk penikmat jalan-jalan sendirian, jadi yo tak apalah pula.
Ngojek pun dimulai dari Painan menuju daerah Pulut-pulut, Bayang Utara, tempat Jembatan Akar berada. Bbbbbeuh cukup lama emang perjalanannya, menempuh waktu sekitar sejam perjalanan. Namun lamanya perjalanan itu dihiasi dengan kebengongan saya melihat pemandangan sekitar. Suasananya ada yang lebih alami nian daripada Painan euy. Perbukitan bener-bener tampak berbaris-baris dan pepohonan begitu lebat menghiasinya.
Jalur menuju objek ini cukup mudah sebenarnya, tinggal ikuti saja satu jalur yang satu-satunya ada setelah simpang tigo Pasar Bayang (sekitar 6 km dari jalur Painan-Padang). Cuman ya satu jalur ini puanjaaaaang nian dan kian lama kian terasa kok semakin masuk ke daerah pedalaman gitu ya ~_~a. Dan benarlah semakin mendekati objek yang saya cari, tidak hanya perbukitan saja yang tampak sebagai penghias pemandangan saat perjalanan, tetapi ada juga sungai nan deras, persawahan, pedesaan, dan nuansa kealamian lainnya.
Dan setibanya di sana, saya disambut dengan gerbang kecil dihiasi arsitektur rumah gadang sebagai penanda tempat lokasi Jembatan Akar berada. Suasana waktu itu lumayan ramai (maklum hari libur). Sebelum memasuki area jembatannya, terdapat tangga menurun dan beberapa warung dari penduduk sekitar. Barulah setelah melewati itu, jembatan itu pun tampak dan menghubungkan ke daerah seberang dari Sungai Batang Bayang.
Hoooo bener-bener jembatan ini unik punya euy. Akar-akarnya secara alamiah membuat satu jalinan dan jadilah seperti jembatan. Agak unik juga sih sebenarnya pohonnya, soalnya kalau dibilang yang membentuknya kek jembatan itu bukan akarnya, tetapi kok lebih tepatnya seperti perpanjangan dari batang pohon utama, cuman emang perpanjangan batang ini mengarahnya ke bawah dan kemudian menyamping hingga membentuk jembatan dengan pohon di seberangnya. Nah, sungai Batang Bayang yang ada di bawah jembatan ini merupakan sungai yang deras, batunya gedhe-gedhe, serta tentunya airnya sangat jernih euy. Sungai ini juga keliatannya membelah dua bukit yang terlihat begitu hijau dan tampak beberapa tebing batu cadasnya. Kombinasi yang bener-bener pas dah untuk mencerminkan kealamian khas alam Pesisir Selatan hohoho.
Walaupun sebegitunya indah itu, minusnya dari objek ini adalah kebersihannya kurang terjaga, apalagi di area warung-warung sebelum masuk ke Jembatan Akar, banyak sampah bertebaran euy. Waktu itu juga saat saya hendak mendirikan sholat Dhuhur, rupanya musholla tak terawat pula dan tempat wudhunya tak bisa digunakan lagi hadeeuh. Anjing yang merupakan binatang yang saya tak sukai juga lumayan sering berseliweran di sana ~_~a. Kalau objek yang satu ini hendak dijadikan icon khas, ya seharusnya fasilitas seperti ini kan harus diperbaiki. Semoga saja demikian ke depannya. Akan tetapi ya overall, Jembatan Akar emang layak kok dibilang sebagai icon khas Pesisir Selatan.
Oya, legenda tentang asal usul Jembatan Akar dapat dibaca di tautan ini. Kalau diceritakan di postingan saya ini bisa jadi nanti halaman MP saya loading lama karena tulisannya kelewat panjang hihihi.
The Greatness of Bayang Sani Waterfall
Nah, seusainya menikmati pesona Jembatan Akar, si tukang ojek yang mengantarkan saya menawari saya untuk mengunjungi satu objek wisata lainnya yang tidak jauh letaknya dari Jembatan Akar, namanya Air Terjun Bayang Sani. Hohoho si tukang ojeknya ngepas kek pemandu wisata aja ya hehehe. Apalagi sebenarnya saya emang belum tahu kalau Air Terjun Bayang Sani ini letaknya dekat dengan Jembatan Akar.
Butuh sekitar 5 menit perjalanan via motor aja dari Jembatan Akar menuju objek yang satu ini. Heuheuheu pertama kali melihatnya langsung melongo karena sedemikian gedhenya air terjun ini.Sebenarnya air terjun ini ndak tinggi-tinggi banget, cuman ya itu volume air yang terjun tuh banyak dan alirannya bercabang banyak juga serta melebar.
Air Terjun Bayang Sani ini juga agak mirip dengan Air Terjun Timbulun yang ada di Painan. Keduanya merupakan air terjun yang airnya sebenarnya tidak langsung terjun dari ketinggian, tetapi juga ada yang mengalir melalui bebatuan cadas dan inilah yang bikin air terjun itu unik. Waktu itu ya sama kek jembatan akar karena hari libur banyak juga yang datang.
Di sekitar area itu juga ada beberapa bekas puing-puing bangunan yang rupanya merupakan sisa peninggalan sejarah era penjajahan Belanda dahulu. Jadi, di area Air Terjun Bayang Sani ini rupanya sudah terkenal semenjak era penjajahan dengan dijadikan sebagai tempat pemandian umum orang-orang Belanda.
Tak sebegitunya lama saya di area wisata ini karena saat itu awan mendung begitu pekat dan sepertinya hujan akan turun. Huhuhu apalagi di tempat ini saya juga ngepas apesnya kepleset nyemplung air dan hampir basah seluruh badan saya. Yang penting jelasnya di sana sudah foto-foto hehehe *still nanasisme always*
Masjid Al Munawwarah and Ilyas Yacob
Karena di area Air Terjun Bayang Sani pun juga tak ada fasilitas yang mendukung untuk ibadah sholat Dhuhur waktu itu, akhirnya saya meminta kepada tukang ojek yang mengantarkan saya untuk nantinya mencari masjid terdekat untuk sholat.
Akhirnya si tukang ojek pun mengantarkan saya menuju masjid yang bernama Masjid Raya Al Munawwarah di perbatasan daerah nagari Kapencong dan Lubuk Gambir pada Kecamatan Bayang. Sekilas tampak dari tepi jalan memang masjid ini terlihat megah dan cukup bagus. Jadilah saya penasaran lebih dalam lagi dengan masjid ini. Sebegitunya masuk di dalamnya, wow subhanallah saya sekali lagi melongo. Karena apa? Karena pada kubah dalam dari masjid ini dihiasi lukisan langit beserta awan yang tampak begitu nyata dan menimbulkan kesan luas. Mihrab masjid pun juga tampak elegan dengan furnitur dari kayu. Di samping kanan kiri terdapat jendela kaca yang dibuat dari pecahan berwarna warni. Mantep dah pokoknya masjid ini. Bahkan pun, sejauh pengalaman saya mengunjungi masjid-masjid di Painan, masjid inilah yang paling keren dan bagus arsitekturnya.
Nah, selain arsitekturnya yang khas, rupanya masjid ini memang menjadi masjid penting di kalangan masyarakat sekitar. Apalagi dengan adanya makam dari seorang pahlawan nasional yang merupakan putra daerah nagari Bayang, yakni Ilyas Yacob (artikel tentang beliau dapat dibaca pada tautan ini). Makam beliau tidak menyatu dengan area masjid (jadi tidak menyalahi aturan aqidah) dan juga letaknya berada di pelataran depan masjid sebelum area utama masjid.
Jadilah perjalanan saya berwisata kali ini rasanya plus-plus gitu. Semula hanya tertuju pada satu objek saja, yakni Jembatan Akar. Akan tetapi, rupanya dapat tambahan menikmati dua objek lain yakni Air Terjun Bayang Sani dan Masjid Al Munawwarah. Such a pleasant journey-lah pokoke. Ndak rugi juga udah bayar mahal-mahal si tukang ojeknya hihihi.
This Kind of Innocence and Bitterness
Huaaaaaah sepekan pun telah berlalu dari semenjak jalan-jalan itu dan baru kali ini saya dapat menceritakannya. Hmm maklumlah belakangan ini semakin rumit aja urusan pekerjaan dengan fenomena akhir tahun anggaran. Pada momen-momen seperti inilah kerjaan sedang dalam intensitas yang tinggi dan yap sepertinya wisata ria itu jadi jalan ampuh buat menghilangkan kepenatan kerjaan hehehe.
Belakangan ini pula Painan sering dirundung hujan yang begitu lebat dan berangin kencang. Sempat pada suatu hari yang lalu itu saya jadi terkurung sehari semalam di kantor karena hujan tiada kunjung berhenti. Nah, yang bikin tambah pahit ala Painan adalah padamnya listrik dan juga air yang ndak mau kalah matinya seperti listrik.
Heran memang, untuk daerah yang terhitung jaraknya relatif dekat dari ibukota Provinsi seperti ini dan juga banyak sarana sumber daya alami kok ya bisa-bisanya hal hajat penting seperti air dan listrik sangat tersendat perkembangannya.
Tentang air, saya pun sempat pernah terpaksa untuk urusan mandi kudu di kantor atau kamar mandi masjid dekat kos karena di sana terdapat penampungan air bilamana air tidak jalan. Duh, Painan... Terkadang jadi kepikiran buat saya, apa emang daerah ini tuh jangan-jangan dikategorikan sebagai daerah yang terabaikan dari segala hiruk pikuk pembangunannya. Apalagi kata penduduk aslinya, perkembangan terasa sangat lambat di sini. Mungkin karena itulah KPPN ada di kota ini biar alokasi penyerapan anggaran pembangunan dari pemerintah cepat terserap kali ya. Akan tetapi ya, jadilah saya ditempatkan di kota ini huhuhu.
Yaaaah begitulah kepolosan Painan dengan alamnya yang begitu menawan. Inilah yang menjadi sisi daya tarik positif dari Painan dan sangat kontrasnya dengan sisi negatifnya berupa kekurangan infrastrukturnya untuk hajat masyarakat. Yowislah intinya yo nikmati aja, mau gimana lagi.
Biarlah suka duka itu kujalani bersamamu, Painan... Walaupun terkadang kepolosanmu itu sungguh terlalu...
Painan, 3 Desember 2011, 22.37
1'st
BalasHapuswuih pengejar pertamax yo sekarang, mbake?
BalasHapusair terjunnya bagus
BalasHapusbtw harusnya bisa jadi empat postingan jd gk panjang2 hehe :p
ehmm..
BalasHapusklimaxx
BalasHapusO iya, kan ada festival Tabuik ya...eh, itu di Pariaman ya
BalasHapus*abaikan foto narsisnya*
BalasHapusnungguin kiriman tiket ke Painan
BalasHapusemang banyak banget ya postingan anas tentang painan. jadinya sekarang kalo denger nama painan kok ya berasa identik dg satu orang ini.
BalasHapuspenasaran sama jembatan akarnya en alam2nya :)
BalasHapuspanjangg... nnt di lanjut bacanya
BalasHapuspainan yang eksotik.....
BalasHapusxixixixixixi
Panjang khas nanas.
BalasHapusPenasaran sama jembatan akarnya.
seperti biasa postingan nanazh selalu panjang... :D
BalasHapustag tempat duduk aja deh dimari.. nanti balik lagi ;DDD
mau komen kok ya terlalu banyak yang mau diutarakan.. hahaa..
BalasHapusjembatan akarnya kerenn..
air terjunnya juga..
nanti lanjut lagi dah..
hohoohohoho...jamak di negeri ini :-(
BalasHapusbegitulah mbak... sampai bikin saya melongo abiiiiis hehehe
BalasHapushohoho totalitas nulis dan juga publishnya sih mbak hihihi
hoaaaaaam *bar tangi turu ayo kerja hehehe aja plesiran mulu (berkata pada diri sendiri)*
BalasHapusdiantiklimaksin deh ~_~a
BalasHapushaaaaaaaaaaaaaaaaaa kemaren kan saya ngepas ke Padang tuh...
BalasHapusdan rencana emang pekan depan mau ke Pariaman... mau nyoba kereta wisata Padang-Pariaman,, tunggulah reportasenya mas hihihi.... tapi keknya tabuiknya udah lewat yooo
hiiiiii padahal diriku ndak mengabaikan foto kenarsisanmu lo mas dalam setiap postingmu
BalasHapushahahaha perlu kesabaran tingkat tinggi ndak apa-apa kan mas?:)
BalasHapushmm... mitra kerja dari madrasah itu teman sekantor kah?
BalasHapusmenikmati dimanapun kita ditempatkan adalah sebuah kemewahan. hehe
hahaha jadi inget saya nyebut Maman dengan "Al Lansany" dan dia balas saya dengan "Al Painany"... hihihi agak lucu dan geli gimana gitu
BalasHapusunik dan alami buaaaaaaanget deh pokoknya mbak... kudu mampir dah kalau wisata ke Ranah Minang ni
BalasHapusmaafkeun mbak... kebiasaan hehehe... sumonggo nanti dilanjutkeun
BalasHapusuwow kata yang tepat untuk mendeskripsikannya hohoho
BalasHapushohoho mau dipatenkan kali ya....
BalasHapushmmm ayo lek ndang mrene... mengko diriku mau kok jadi tourguidenya hihihi
adakah tempat duduk di sini...
BalasHapushehehe boleh-boleh aja...
mbak fitri pernahkah mampir ke sini?
Bisa dibuat buku mas, "terdamparku di painan" ..
BalasHapusini aja udah comment keberapa sih darimu hohoho...
BalasHapusspeechless ya? woooo bakalan tambah speechless kalau liat beneran hihihi
iya nih mbak... tak hanya di kota ini saja rupanya... aaaah pembangunan...
BalasHapusmitra kerja itu maksudnya satuan kerja yang emang sering berhubungan dengan KPPN (bagian keuangan atau tata usahanya)
BalasHapusbisa disebut mereka itulah 'pelanggan'nya KPPN gitu... jadi ndak sekantor...
hohoho camkan kalimatmu sendiri baik-baik kala penempatan ya, kadik... hihihi
hahahaha ide yang buaaaaaaagus bener...
BalasHapushmm bolehlah dijadikan project beneran
makasih idenya... brilliant...
baru 3 nas.. sekarang 4..
BalasHapusbiaya ojeknya berapa ya?
oo kepolosan Painan toh, kirain kepolosan seorang gadis yang kamu taksir Nas he3
BalasHapushihihi kek poligami aje....
BalasHapushuhuhu ongkosnya ya itu lumyaaaan... bolak-balik 75ribu.... tapi emang dengan sejam perjalanan dan rada terpelosoknya medan yo diwajari sih
sama polosnya ndak ya... bisa jadi wekekekeke...
BalasHapusLumayan lah.. memang sepadan. bensinnya juga habis banyak pastinya..
BalasHapussaya dulu muter di bromo aja habis 200..
bener-bener ya... jer wisata mawa bea temenan hehehehe
BalasHapusbelum sewa mobil dr sby probolinggo. habis 350..
BalasHapusditambah lagi pungutan pungutan ke daerah wisata baik yang resmi maupun liar..
Yahh.. jauhh lah bedanya.
Kalau suka mbolang mending anas beli motor sajo.. :D
anas the explorer, hihi, kayak dora :)
BalasHapuswell, always nice share info nas.
/btw, sudah lama gak dengar kabarmu/
jembatannya keren jg ya. air terjunnya jg bagus meskpn keganggu pemandangan buruk tuh haha...
BalasHapusmasih dipertimbangkeun niiih... dilemma dengan kondisi finansial...tapi yo ndak apa2 sih... worthed kan yaa...
BalasHapushohoho sebegitunyakah?
BalasHapuspadahal tak terinspirasi dari itu lo...
Ranah Minang itu ouke buanget puol deh... makanya perlu dieksplor hihihi...
hehehe ni emang sedang masa-masanya mengucilkan diri dulu *wong juga penempatan jauh di nagari seberang hehehe*
aaaaaaaah mas Dedy nih... saya kan mencoba meneladani dirimu mas.. hihihi
BalasHapusworthed banget lah. bisa jadi penghematan jangka panjang. atau beli mobil sekalian? hahaa
BalasHapusmari bermimpi *eh juga direalisasikan ya.. minimal nabung dulu huhuhu*
BalasHapusbelum pernah hehehe
BalasHapuspaling nggak motor dulu lah.. nabung 6 bulan pasti udah dapat
BalasHapus(iya gak? :p)
yowislah diagendakan saja ya ke sana hihihi
BalasHapusiya kakak... doakan aku yaa... *halah kek anak alay aje*
BalasHapuscemungudh kk'
BalasHapushahahaaa
*duh...saingan gw bertambah hehe...
BalasHapushuhuhu hahahaha sama-sama kaka
BalasHapusloooh masnya kan teladan yang baik... jadi bukan sainganlah harusnya... aku bermurid padamu hehehe
BalasHapussaya siap jd campaign manager-mu lah hehehe....
BalasHapushooooooooo... gratis kan ya, mas? hehehe
BalasHapusini penempatanmu nas?
BalasHapusinggih mas,,, ingkang kutha asmanipun Painan...
BalasHapusJadi ngojeknya abis berapa, Nas?
BalasHapus#menghitung catatan :D
75 ewu mbak huhuhuhu
BalasHapussebegitunyakah untuk jalan2 di sini....