Senin, 04 Juli 2011

ambo ndak nio jatuah cinto jo bukittinggi

“Aku Tidak Mau Jatuh Cinta Dengan Bukittinggi” begitulah artinya dari judul tulisan di atas dalam Bahasa Minang. Hohoho sok banget dah rasanya saya menulis sesuatu dalam Bahasa Minang, kek udah ngerti aja, padahal masih sering kena roaming selama berada di sini he. Judul ini pun saya dapat dari penerjemahan kasar Bahasa Indonesia ke Bahasa Minang menggunakan kamus ala kadarnya he. Jadi maaf yo apabila tak dinyana ternyata malah nggak tepat, mohon koreksinya (khususnya bagi yang bisa Bahasa Minang kek Bang Romi sepertinya he)...

Hmm lalu ada apakah gerangan mengapa kali ini saya mencantumkan judul tulisan dengan suatu kota yang sudah cukup terkenal di Sumatera Barat ini, yakni Bukittinggi? Hohoho well langsung saja saya ceritakan, akhir pekan yang lalu alhamdulillah saya berkesempatan mengunjungi kota tersebut dalam rangka acara jalan-jalan bersama seluruh pegawai KPPN Painan, tempat saya bekerja sekarang ini. Berikut cerita panjangnya seperti biasa hihihi...

Pajalanan Manuju Bukittinggi

Sabtu tanggal 2 Juli 2011 yang lalu menjadi hari acara tersebut diadakan. Pagi hari sekitar pukul 6 pagi lebih, saya beserta rombongan kantor berangkat menuju kota Bukittinggi bersama-sama dari kantor. Ada 7 mobil, kalau tidak salah, yang menampung sekitar 50 orang peserta acara kali ini. Hohoho sebenarnya sih jumlah pegawai kantor saya tuh sedikit, hanya saja acara jalan-jalan kali ini tuh tidak hanya pegawai saja yang ikut, tetapi keluarga masing-masing pegawai pun juga diajak, jadilah ramai yang ikut he. Yang bikin agak grogi selama perjalanan tuh saya ngepas kebagian jatah numpang di mobilnya kepala kantor, hohoho untunglah kepala kantor saya orang yang friendly, jadi tidak canggung rasanya.

Perjalanan Painan-Bukittinggi diestimasikan berlangsung selama sekitar 4 jam melalui kota Padang. Jalan yang dilalui dari Painan ke Padang seperti biasanya berkelok-kelok dan ada pemandangan memukau hutan serta lautan, walaupun sempat terasa mual selama perjalanan (tapi syukurnya gak muntah hohoho). Sesampainya di Padang, kami berhenti sejenak untuk istirahat dan juga menjemput beberapa orang peserta yang tinggalnya di Padang pada tempat telah disepakati yakni Kanwil DJPB Provinsi Sumatera Barat. Perjalanan pun dilanjutkan menuju Bukittinggi dan kesan yang saya dapatkan adalah jalanannya relatif lurus dan yang kerennya adalah saat melewati kawasan Lembah Anai. Mulai di daerah ini, jalanan mulai berkelok dan di sisi samping jalanan adalah aliran sungai dengan penuh bebatuan dan jeram. Tak hanya itu saja, di sampingnya sungai ada perbukitan yang tampak hijau merona. Alami banget dah, pun saya sampai bengong takjub saat melewati air terjun Lembah Anai yang ada persis di pinggir jalan. Subhanallah... *maaf gak ada foto air terjunnya soalnya ngepas dalam perjalanan jadi gak bisa motret hehe*

Pukul 11 lewat barulah kami tiba di Bukittinggi. Acara akan berlangsung selama dua hari dan kami menginap di Mess/Asrama Anggraini milik KPPN Bukittinggi yang letaknya juga satu area dengan KPPN Bukittinggi. Saat kami tiba rupanya kamar masih belum bisa ditempati karena masih ada beberapa orang yang menginap di sana dan belum check out. Kami pun terpaksa menunggu sebentar hingga orang tersebut check out. Tak berapa lama kemudian mereka check out dan kami pun bisa beristirahat sementara waktu.

Iduiknyo Musajik di Bukittinggi

Kesan yang sangat membekas di dalam benak saya selama berada di Bukittinggi ini adalah betapa iduiknyo musajik (hidupnya masjid, red.) di sini. Hidupnya masjid yang saya maksud di sini adalah adanya kajian yang bisa diikuti selepas sholat wajib berjamaah. Betapa saya sangat merindukan kajian semacam ini rasanya apalagi dulu kalau di Kantor Pusat sudah ada jadwal kajian ba’da dhuhur rutin di hari-hari tertentu. Sekarang ini, di daerah Painan, saya belum tahu apakah ada kajian rutin semacam ini atau tidak, setahu saya malah belum ada kelihatannya. Jadilah kehidupan di Bukittinggi ini mempesona saya.

Kajian pertama kali yang saya ikuti adalah kajian ba’da dhuhur di Masjid Rumah Sakit Islam Ibnu Sina YARSI yang letaknya tidak jauh dari mess yang kami diami. Selepas sholat ashar di Masjid Raya Bukittinggi, tidak jauh dari Jam Gadang, lagi-lagi alhamdulillah saya ikuti kajian yang diadakan di sana. Ba’da isya bertempat di Masjid Nurul Haq, masjid lainnya di sekitar Jam Gadang, bisa saya temui lagi ada kajian yang diselenggarakan di sana.

Subhanallah walhamdulillah syukur sekali rasanya bisa mengikuti kajian-kajian tersebut. Walaupun hanya sebentar saja dan juga materinya ringan, tetapi menjadikan hati ini begitu tentram rasanya. Pada beberapa masjid ada memang yang sepi peserta kajiannya, namun tidak menjadikan kajian tidak jadi dilaksanakan.

Ya Allah, jadikanlah masjid-masjid di Painan sehidup masjid-masjid di Bukittinggi ini dengan banyaknya kajian yang ada...  Sepertinya doa ini kudu saya sering panjatkan nih hiks...

Pasona Manaro Jam Gadang

Objek apakah yang harus dikunjungi saat berada di Bukittinggi? Yap, sepertinya banyak yang akan menjawab Menara Jam Gadang sebagai salah satu objek yang harus dikunjungi selama berada di Bukittinggi. Rasa-rasanya memang Menara Jam Gadang ini ibarat kata sudah jadi landmark yang begitu terkenal di Bukittinggi.

Untuk sampai di area Menara Jam Gadang dari mess ternyata cukup dapat ditempuh dengan jalan kaki selama sekitar 10 menit. Sesampainya di sana, weuw rupanya kawasan ini begitu ramai dikunjungi oleh banyak orang dan juga kawasan ini menjadi pusat kota dengan adanya beberapa pusat perbelanjaan/mall dan hotel.

Kamera pun beraksi mengabadikan momen-momen saat berada di sana dan jelas nanasisme pasti kambuh seketika hehehe. Selain puas berfoto-foto ria, saya dan teman saya juga mengunjungi kawasan perbelanjaan di sana, walau sayangnya gak belanja apa pun hehehe.

Basobok Kawan

Di kawasan sekitar jam gadang ini, saya tidak hanya berfoto ria dan berkeliling ke sana ke mari. Masih ada satu agenda yang direncanakan selama berada di sana, yakni basobok kawan (bertemu dengan kawan, red.). Jadi ceritanya di Bukittinggi ini ada juga teman seangkatan dan seinstansi dengan saya yang sama-sama baru ditempatkan di KPPN Bukittinggi. Kami janjian untuk ketemuan di area Jam Gadang waktunya ba’da ashar.

Kami pun bertemu pada tempat dan waktu yang telah disepakati dan akhirnya mengobrol ngalur ngidul seperti dulu yang lazim kami lakukan hehehe. Maklumlah kan sudah lama tidak ketemu (padahal baru dua pekan aja pisahnya semenjak penempatan he).

Tidak hanya dengan teman seinstansi dan seangkatan saja saya bertemu, rupa-rupanya saya di sana bisa bertemu juga dengan kakak kelas saya yang dulu pernah seorganisasi dengan saya. Saya pun diajak nongkrong bareng (halah bahasane padahal ngobrol hehehe) sore hari itu bersama mereka di suatu cafe di area Jam Gadang. Hohoho dapat traktiran dan juga view pemandangannya itu lo, keren banget dengan bisa liat gunung (gak tahu apa namanya he) dan juga cityview Bukittinggi dari atas.

Oya, di area jam Gadang pula, saya bertemu dengan teman lainnya yang penempatan di KPPN Solok, sayangnya sih saya belum kenal dengannya, teman saya yang sekantor yang kenal. Hohoho rupa-rupanya kota ini bisa mempertemukan kami yang dari Painan dan Solok pula.

Sebenarnya ada satu orang lagi kakak kelas saya yang ada di Bukittinggi dan ingin saya temui, beliau juga seorang Mper lo namanya Bang Dayat. Namun, karena tak ada waktu lagi hari itu dan saya sudah terlampau lelah dan ingin segera kembali ke mess, jadilah tak bisa bertemu dengan beliau. Semoga lain waktu ada kesempatan bersua. Maaf ya, Bang...

Mifan Waterpark

Pada hari pertama di Bukittinggi memang acaranya disetting untuk bebas terserah masing-masing pegawai beserta keluarga mau melakukan aktivitas apa di sana. Area Jam Gadang menjadi kawasan yang saya kunjungi habis-habisan (halah) di hari pertama lalu. Padahal pengennya di hari pertama itu saya bisa mengunjungi objek lainnya seperti Benteng Fort De Kock atau Ngarai Sianok, namun apa daya waktu tak ada hiks.

Kalaupun hendak melakukannya di hari selanjutnya, sudah tidak ada kesempatan karena sudah menjadi kesepakatan sekantor untuk pergi bersama-sama ke Wahana Mifan Waterpark di daerah Padang Panjang. Maklum dengan banyaknya anak kecil putra-putri dari para pegawai, maka ada acara khusus berekreaksi ke semacam wahana air untuk menggembirakan mereka.

Akan tetapi ya... Jadilah hanya anak-anak kecil yang bersenang-senang di sana. Sebenarnya sih bisa saja saya ikutan bersenang-senang di sana bermain air, tetapi hehehe sayangnya gak ada mood untuk itu. Walaupun begitu, tak sia-sia juga saya berada di tempat ini karena ada beberapa objek menarik untuk difoto.

Jadilah kamera saya yang beraksi selama berada di sini. Weuw area pinggir wahana ini ternyata adalah hutan belantara dan juga dipisah serta dikelilingi oleh jurang yang cukup dalam. Hutan dan jurang ini tentunya jadi pemandangan yang menakjubkan (walaupun ya mengerikan juga sih kalau ndak hati-hati he).

Bedanya di sini dengan wahana air lainnya adalah di sini juga ada beberapa replika rumah adat dari berbagai daerah yang ada di Sumatera Barat. Sebenarnya sih secara garis besarnya sama, yakni rumah Gadang, akan tetapi bentuknya memang bervariasi tiap daerahnya, ada perbedaan khasnya sendiri. Hohoho ibarat kata di wahana ini campuran dufan dan TMII-lah walaupun tidak luas juga areanya. Cool.

Baliak Ka Painan

Pukul 2 siang menjadi kesepakatan waktu berakhirnya rekreasi di Mifan Waterpark dan kembali menuju Painan. Namun ternyata semuanya baru bisa berkumpul kembali molor dari waktu yang disepakati. Sempat terasa sudah bosan juga sih berkeliling ria di area ini, jadilah sangat menunggu waktu untuk kembali ke Painan.

Baliak (perjalanan kembali, red.) pun dimulai mendekati pukul 3 sore. Tujuh mobil kembali berarak-arakan beriringan mengantarkan para pegawai KPPN Painan beserta keluarga, termasuk saya, kembali ke rumah masing-masing, ada yang di Padang, di Painan, ataupun daerah di antaranya.

Perjalanan seperti sebelumnya melewati Lembah Anai yang masih memukau saya dengan keindahannya dan juga satu hal yang menjadi pemandangan baru, yakni pemandangan sore hari di jalan Padang-Painan. Jalan dari Padang ke Painan ini melalui rute di pinggir laut persis dan saat sore hari dapat dilihat fenomena sunset di sana. Weuw indah banget dah pokoknya, walaupun jalanan berkelok-kelok ria.

Karena terlambat berangkat kembali, maka kami sampai di Painan dapat diprediksi sudah malam dan ternyata benar memasuki daerah sebelum Painan saja, langit sudah gelap. Walaupun begitu, hehehe alhamdulillah dapat jamuan makan malam gratis dari bapak kepala kantor di salah satu cafe pinggir jalan menuju Painan. Terima kasih banget dah buat kepala kantor yang telah memberikan tumpangan dan juga makan malam kepada saya hehehe.

Ambo Ndak Nio Jatuah Cinto Jo Bukittinggi, Tapi Painan Sajo

Alhamdulillah menjelang pukul 8 malam, akhirnya kami sampai jua di Painan. Kembali saya rasakan kesepian dan keheningan kota ini di saat malam. Sungguh rasanya begitu kontras dengan apa yang saya dapati pada malam sebelumnya selama berada di Bukittinggi.

Well, begitulah adanya. Selama sejenak saja berada di Bukittinggi, ia telah memberikan pesonanya walaupun saya belum sebegitunya berkeliling di sana. Namun, ada kesimpulan yang terbersit dalam benak pikiran saya. Jangan sampai pesona Bukittinggi ini nantinya membelenggu saya dan kemudian menjadikan saya merana merindu kembali berada di sana.

Saya sadari kini tempat saya sesungguhnya adalah di Painan, di mana kantor saya sekarang ini ditempatkan. Oleh karena itulah kemudian saya memutuskan untuk tidak mau jatuh cinta dengan kota Bukittinggi. Ya, ia memang mempesona, tetapi dia bukan untukku (halah). Jadilah, cukuplah saya berusaha mencintai Painan apa adanya dengan kesederhanaannya itu. Bukittinggi, biarlah dirimu menjadi pelipur lara kala dan menjadi pemanis mimpi jikalau cinta Painan ini meredup hohoho...

Painan, 4 Juli 2011, 15.54

NB : Really great thanks to Mbak Nova dan Bang Romi tentunya yang telah ngasih koreksi atas istilah-istilah Minang yang saya pake.. Hohoho dudul deh makenya ternyata

58 komentar:

  1. Saking berkesannya ya? Hehe.

    BalasHapus
  2. Saking berkesannya ya? Hehe.

    BalasHapus
  3. begitulah.... gap banget dah, Bang, dengan Painan T_T

    BalasHapus
  4. sooo..lebih cantik bukittinggi kan? hohohohohohoho...
    painan panas..bukittinggi sejuk

    koreksi kata2nya ye
    1. ambo indak namuah jatuah cinto dangan bukittinggi => ambo/awak ndak nio jatuah cinto jo Bukittinggi
    2. batamu dangan kawan=>basobok kawan
    3. kumbali ka painan => baliak ka painan

    BalasHapus
  5. hwehehe.... udah mulai belajar bahasa minang..

    BalasHapus
  6. mas anaz kalo ke bukittingi kalo mau belanja2 di pasar atas jgn ngomong pake bahasa indonesia harga bakalan meroket 2x lipat..hahahhaha

    BalasHapus
  7. akhirnya ada juga yang ngeditin kata2nya.... baiklah diedit hehehehe
    makasih mbak nova

    BalasHapus
  8. he he he, latihan dulu bahasa minangnya mas, biar bisa tawar menawar harga kalau belanja

    BalasHapus
  9. sama2 mas, kirain ud pinter aje bahasa minang ternyata pake kamus hahhaha

    BalasHapus
  10. Bang Dayat... Huaaaa... tapi masih kacau ni Bang... kamusnya rada aneh deh, perlu ganti kamus ni rupanya

    BalasHapus
  11. Mbak Nova...
    hohoho untung dah kemaren cuman keliling doang, belum sempat mampir kok, mbak... paling di area Jam Gadang aja... kata kakak kelas yang kerja di sini sih emang ngasih tips gitu juga sih he

    BalasHapus
  12. Mas Nahar...
    keknya perlu kursus intensif ke mana gitu.. wua ke mana ya carinya hehehe

    BalasHapus
  13. kamusnya belajar ma orng sana ajah..belajar jga cara pengucapannya..dikantornya pasti umumnya pada bahasa ngomong minang kan? bahasa minang mah nga se susah bahasa jawa lah mas..ada malahan kata2nya yg mirip ma b. indonesia ^^

    BalasHapus
  14. ciri khas tulisan anaz,,, detail ceritanya hehehe....

    BalasHapus
  15. Mbak Nova lagi...
    begitulah mbak...maklum baru dua pekan gitu loh di sini....

    BalasHapus
  16. Kak Muse
    ayo ayo visit West Sumatera, kak... udah pernah belum?

    BalasHapus
  17. belajar sama orang-orang di sana aja mas, yagn penting proaktif dan jangan takut salah, biar mereka merasa dihargai krn ada yang tertarik pada bahasa dan budaya mereka

    BalasHapus
  18. Mbak Nova lagi dan lagi *halah...
    sepertinya memang begitu nih.... baiklah dicoba... wong dari kemaren kena roaming melulu deh di sini ~_~

    BalasHapus
  19. pernah waktu jadi relawan pas gempa tahun 2009

    BalasHapus
  20. Penasulung...
    begitulah apa adanya saya seperti apa adanya Painan *halah

    BalasHapus
  21. Mas Nahar
    i see i see manggut2.com deh... betul juga nih... nice advise, thanks mas...:)

    BalasHapus
  22. ato carilah anak gadih painan da anaz xixixixi..buliah lah lancar baso minangnya

    BalasHapus
  23. Mas Nahar lagi *duh gak sekalian lupa he
    wuah luar biasa... ada reportasenya ndak dulu mas? pengen baca ceritanya nih... di sini sih sisa2 gempa yang saya tahu kek kantor Kanwil DJPB di Padang tuh mpe dipindah ke tempat lain dan juga Hotel Ambacang yang baru dibangun

    BalasHapus
  24. Mbak Nova
    *ngek* saran yang mengagetkan ~_~

    BalasHapus
  25. xixixixixixi...selamat belajar b. minang yah mas anaz..

    BalasHapus
  26. Belum nas.. pengen.. kemaren hampir ke sikuai, sayang ada gempa...

    BalasHapus
  27. Barado di mifan.

    Kata "barado" itu kurang lazim dipakai utk menerjemahkan "berada di mifan"

    dihilangkan saja baradonya. Atau ganti 'pai rawun ka mifan'.hehe.

    Td hbs komen pertamax lngsng exit. Lagi di jalan. Gak bc detil. Trnyata ada nama saya.
    n_nv

    BalasHapus
  28. kalau nanti jatuh hati sama gadis bukit tinggi... gimana?
    xixixixixixi

    BalasHapus
  29. sama kayak mbak niez, blom pernah kesono hihi..

    BalasHapus
  30. Mbak Nova
    heuheuheu... baiklah never ending learning.... target ni harus bisa bahasa Minang hohoho

    BalasHapus
  31. Kak Muse
    wealah ngepas out of scenario banget tuh...
    sikuai ya? wuah baru tahu tuh *hasil searching mbah google he

    BalasHapus
  32. Mas Wib...
    comment ke-28 yo maksude? bentar bentar bentar nih keknya ada kaitannya ma QN mas yang tentang lomba saling reply ya *hehehe baru liat di inbox belum baca maaf

    BalasHapus
  33. Bang Romi...
    hiiiii ngejar awalan yaks... huuuu hehehe
    tak apalah Bang Romi emang sepertinya mobile sekali hohoho
    baiklah saya pilih ngilangin baradonya aja
    *duh beneran deh nggak boleh ngasal lagi pake kamus -_-a

    BalasHapus
  34. Mas Rifki
    jiyaaaaaaaaaah bingung deh jawabnya hehehe
    intinya sih pemilihan judulnya nih maksudnya untuk membetahkan diri di Painan, jangan sampai kepincut ma keindahan kota Bukittinggi, bukan orangnya hehehe

    BalasHapus
  35. Mbak Aniez
    mari mari mari keknya setelah kemaren heboh dengan Tour De Singkarak, visit Sumatera Barat keep on going deh, masih banyak yang bisa dieksplor keindahannya di sini

    BalasHapus
  36. Mbak Ayudiah...
    weeeh keknya perlu promo sepromo-promonya nih
    tapi juga kalau mau berwisata ria kudu mikirin budgetnya juga sih ya

    BalasHapus
  37. An suka quote terakhirnya Nas.
    :-)

    BalasHapus
  38. ibarat kata tuh ya Bukittinggi kek Bandung-nya Sumatera Barat gitu lo, Mam....
    really charming city

    BalasHapus
  39. poling kemarin saya milih padang, tapi karena direset admin, diubah palembang dah.. :)

    BalasHapus
  40. Painan akan indah kalau punya tambatan hati disana mas anas.. Hahaha :D

    BalasHapus
  41. Wah, berarti dingin ya Nas. :)

    BalasHapus
  42. lumayan banget deh... kan namanya aja bukittinggi, jadi tuh ada di bukit gitu kotanya....

    BalasHapus
  43. O. . .
    Bgtu ya kalau Bukittinggi.
    :-)
    (Semoga Painan tidak)

    BalasHapus
  44. painan mah kota pantai gitu lohhh
    tapi ada bukitnya juga

    BalasHapus
  45. Pantesan, kemarin pas mampir ke websitenya Perbend Painan, pantai semua :)

    BalasHapus
  46. gitu deh.. ni rencana sore mau mampir saya

    BalasHapus
  47. wah...baguuusna...(suasana disana maksudna...) hoho...berapa yg dapat penempatan sana? rame tak disana?

    BalasHapus
  48. yah liatnya yang postingan ni
    ini kan jalan2 ke bukittinggi, bukan penempatannya, mbak...
    penempatan saya tuh di Painan (ada di postingan sebelum ini judulnya 'tersenyumlah painan')
    hanya 2 orang yang ke sini dan kotanya cukup sepi he

    BalasHapus
  49. nice story :) tp foto2 narsisnya itu lhooo.. ckckck -__-"

    BalasHapus
  50. bukittinggi itu kota wisata beneran deh mbak... coba berkunjung ke sana sekali-kali he

    narsis? kan cuma dua kali fotonya tuh hehehehe

    BalasHapus
  51. Nas, fotonya jangan digabungin sih? :(
    Nggak seru tauk
    misuh2

    BalasHapus
  52. Weh ada waterpark juga yah di Bukittinggi

    tapi lebih seru ke Lobang Jepang, Ngarai Sianok hehehe

    BalasHapus
  53. Mbak Anaz..
    inilah masalahnya mbak....
    koneksi di kota yang lumayan terpencil ini nih koneksi dewa siput deh *halah bahasanya*
    makanya keburu pengen cerita dan pake foto yo digabungin ae....
    kalau nanti dapat koneksi oke punya, insya Allah takupload semua dah fotonya :)

    waterparknya itu adanya di Padangpanjang, sebelum Bukittinggi dari arah Padang...
    yo itu mbak yang saya sayangkan.... waktu ke Bukitttinggi kemaren belum sempat ke Ngarai...
    udah jadi daftar tunggu wisata nih *halah kek apa aje hehehe

    BalasHapus
  54. ada kelas tahfidz gitu gak disana?

    BalasHapus
  55. kalau Bukittinggi atau Padang sepertinya insya Allah ada...
    kalau Painan sini agak sulit nyarinya, terkecuali sudah punya contact dengan ikhwah di sana

    BalasHapus