Minggu, 26 Juni 2011

tersenyumlah painan

Painan adalah nama suatu kota yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat, sekitar 77 km ke arah selatan dari Kota Padang. Menurut Wikipedia (klik di sini), nama Painan berasal dari kata 'paik' (pahit) dan 'nian' (sangat, amat, sekali) yang maksudnya 'pahit sekali' (pahitnya kehidupan di daerah Painan yang umumnya terdiri dari rawa-rawa). Ucapan 'paik nian' itu merupakan ucapan dari orang-orang selatan Pesisir Selatan yang merantau ke Painan, ditandai dari kata 'nian' (suatu kosakata yang biasa diucapkan oleh selatan dan melayu).

Bagi saya yang baru saja mendiami kota ini selama sepekan terakhir ini, kesan pahit nian seperti itu ya jujur masih bisa terasa. Kota ini adalah kota yang relatif kecil memang. Jalanannya begitu lengang, tak sebegitunya ramai, hanya sesekali dilewati oleh kendaraan yang melintas. Transportasi yang ada pun adalah ojek, kalau pun ada angkot itu masih terhitung jarang dan katanya trayeknya berputar-putar serta tidak menentu.

Perkembangan pembangunan  di sini juga masih terasa lambat. Masih jarang ditemui beberapa fasilitas yang sudah lazim ada di kota besar, seperti mall/pusat perbelanjaan, tempat hiburan, dan pemadaman listrik pun masih sering terjadi. Padahal di kota inilah sentra pemerintahan kabupaten Pesisir Selatan berada dengan adanya kantor Bupati yang letaknya tidak jauh dari kantor saya. *gedung kantor Bupati ini merupakan gedung yang sangat terlihat menonjol di kota ini dengan kemegahannya yang belum ada menandingi hehe*.

Prediksi saya akan kentalnya nuansa relijius di daerah Sumatera Barat juga tidak sepenuhnya tepat. Di daerah saya ini, walaupun masjid-masjid lumayan banyak didirikan, tetapi jamaah untuk sholat wajibnya masih terhitung sedikit. Entah apakah nyambung atau tidak, saya jadi teringat akan novel cerita yang melegenda berjudul “Robohnya Surau Kami”...

Daerah ini juga, sebagaimana yang dulu pernah terjadi di daerah Padang dan sekitarnya, merupakan daerah rawan gempa. Bahkan pun, saat saya menyusuri jalanan di kota ini, tak jarang bisa ditemui rambu-rambu yang menunjukkan rute evakuasi tsunami. Secara geografis Painan terletak di pinggir pulau dan dekat lautan, sehingga dikhawatirkan daerah ini dapat terjadi tsunami. Sempat hari Selasa (21/6) kemarin, saya rasakan pula gempa terjadi sejenak dan BMKG melaporkan skalanya sekitar 5 skala Richter. Alhamdulillah gempa itu tidak berimbas pada kerusakan fisik apa pun dan saya masih baik-baik saja. Kini saya pun perlu menambahkan doa dalam keseharian saya, Ya Allah, lindungilah kami yang berada di kota ini dari marabahaya gempa dan tsunami...

Sempat terpikir di benak saya, bagaimana bisa instansi saya, yakni Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan, mempunyai inisiatif untuk membangun kantor pelayanan perbendaharaan negara (KPPN) di kota ini. Sepertinya sih adanya unit vertikal di sini dimaksudkan untuk memperlancar pembangunan daerah-daerah yang masih belum berkembang dan menjangkau daerah tersebut, sehingga jarak bukanlah alasan yang menghambat pencairan dana pemerintah untuk berlangsungnya pemerintahan dan pembangunan di daerah itu. Melihat persebaran KPPN yang ada di seluruh pelosok Indonesia, hal ini dapat dimaklumi memang.

Begitulah sisi pahitnya (kalau boleh dibilang seperti itu he) dari kota Painan ini. Namun, yang pahit-pahit itu tak selalu mesti menjadi deraan hati selama tinggal di sini. Pahitnya kota ini rasa-rasanya masih bisa diadaptasi dengan menganut kebersahajaan dalam hidup sebagai prinsip yang harus dipegang. Kesederhanaan kota ini menjadi hal yang malah kadang menjadi keunggulannya daripada kesemrawutan yang sering kita temui di kota-kota besar dan malah itu menjadi ketidaknyamanan tersendiri. *mantan penghuni ibukota selama 7 bulan kemarin hehehe*

Painan mempunyai sisi yang menarik dari alam pemandangannya. Mungkin karena pembangunan yang masih belum sebegitunya masif di sini, kota ini menyajikan hamparan pemandangan alami yang begitu indah. Di kota ini, saya dapat melihat masih hijaunya perbukitan, langit di siang hari yang begitu biru dan beralih dengan gemerlap bintang di malam hari, pesona pantai dengan deburan ombaknya... Bagi orang yang jiwanya begitu dekat dengan alam, rasa-rasanya tinggal di sini menjadi suatu keistimewaan tersendiri hehehe...

Oya, sedikit terlewat. Painan juga mempunyai sisi pedasnya dengan banyaknya warung makanan dengan masakan khas Minang yang serba bersambal. Hal ini menjadikan saya cukup susah untuk beradaptasi dengan seringnya saya memakan masakan seperti itu *yaeyalah wong adanya itu doang ~_~*. Selain itu pula, saya mengalami hal ihwal semacam cultural shock dan salah satu indikasinya adalah roaming. Di sini mayoritas penduduk adalah asli etnis Minang, sehingga bahasa keseharian yang digunakan adalah bahasa Minang pula. Jadilah saya yang hanya tahu bahasa Jawa, Indonesia, dan Inggris *little little i can-lah hehehe* mengalami roaming di saat kebanyakan orang di sini berbicara dalam bahasa Minang ~_~...

Melanjutkan bahasan mengenai sisi menariknya Painan ini, selama sepekan terakhir kemarin saya sudah menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa tempat dan event menarik yang ada di kota ini. Berikut reportasenya. Silakan menikmati hehehe...

Pekan Seni Budaya

Selang waktu sejak 21-28 Juni 2011 ini, di kota Painan sedang berlangsung ajang pariwisata yang bertajuk Festival Langkisau. Wah wah wah rupanya kedatangan saya di kota ini disambut dengan ajang pariwisata semacam ini hehehe, Alhamdulillah bersyukur sekali rasanya, apalagi dengan adanya festival ini jadi semacam pelipur lara untuk kepahitan yang ada di kota ini hehehe.

Salah satu event yang termasuk dalam rangkaian acara Festival Langkisau adalah pekan seni budaya. Saya sudah dua kali mengikuti acara ini, pada hari Selasa (21/6) kemarin dan hari Sabtu (25/6) lalu. Pekan seni budaya ini berlangsung di Gelanggang Olahraga (GOR) Ilyas Yacob yang letaknya terjangkau dari kos saya, tinggal jalan kaki aja sekitar 15 menit doang. Kegiatan ini merupakan event tahunan di kota Painan dan berlangsung selama sepekan.

Kali pertama mengikutinya di hari Selasa kemarin, saya disuguhi pertunjukan paket seni dari Kabupaten Solok. Salah satu atraksi yang dipertunjukkan adalah tarian yang khas Minang banget, yakni Tari Piring. Hohoho kali pertama banget bagi saya melihat langsung tarian ini *jujur he*. Selain itu juga, ada atraksi asli dari masyarakat Pesisir Selatan sebagai tuan rumah yakni atraksi Debus. Agak serem dan mistis gitu sih, perpaduan antara senandung relijius dan tarian dari seseorang yang menusuk-nusukkan benda tajam ke tangannya, tetapi tidak apa-apa.

Saat itu pertunjukan kesenian ini sempat dihiasi dengan kepahitan kota Painan dengan mati lampu selama kurang lebih sejam dan juga hujan yang sempat mengguyur. Hohoho but the show keeps going on dan saya pun menikmatinya hehehe.

Selain ada pertunjukan kesenian, ada pula stand-stand pameran dari berbagai macam unit pemerintahan, kios dagang dari baju, perhiasan, pun sampai buku. Ada juga wahana khusus anak-anak dengan semacam bianglala, wahana bermain, komedi putar, dan lainnya sebagai. Hohoho rasa-rasanya bagi saya, pekan seni budaya nih miriplah dengan pasar malam yang biasa dijumpai.

Hari Sabtu (25/6) saya mengunjungi tempat ini sekali lagi. Berdasarkan jadwal, malam hari itu akan dipentaskan paket seni dari Kabupaten Sawahlunto. Yap, sesuai jadwal, saat saya sampai di sana sudah berlangsung paket seni tersebut. Ada beberapa tarian yang disajikan, saya lupa nama tariannya he, tetapi jelasnya khas Minang banget dan kerennya sebagian besar personel yang unjuk diri itu dari para pemudanya lo. Rancak bana deh...

Pantai Carocok

Kota Painan termasuk kota dengan tipikal geografisnya yang unik. Mengapa demikian? Karena kota ini selain dikelilingi oleh perbukitan yang hijau nian, ternyata kota ini juga mempunyai pantai. Malah karena dekatnya dengan pantai, kota Painan secara iklim lebih terasa suasana panas khas pantainya memang. Nah, pantai yang terkenal di Painan ini adalah Pantai Carocok. Lagi-lagi untuk menuju pantai ini tak perlu jauh-jauh, jalan kaki sekitar 20 menit saja sudah sampai dari kos saya hehehe. *kos yang strategis banget dah*.

Selama sepekan ini, sudah dua kali juga saya mengunjunginya. Kali pertama adalah pada hari Jumat (24/6) selepas ngantor. Kala waktu itu saya penasaran sekali dengan panorama sunset yang ada di pantai ini dan alhamdulillah momen tersebut saya dapatkan, walaupun karena suatu hal, tak bisa saya nikmati sampai akhir sunset tersebut.

Tak puas pengalaman kemarin bertandang ke tempat ini, maka sore di hari selanjutnya, saya ke sana lagi. Kali ini cuaca cukup mendung dan kecewanya adalah momen sunsetnya tidak tampak di hari itu. Namun, dengan banyak waktu yang lebih tersedia di hari itu, saya berkeliling melihat lebih detail lagi pantai ini. Saat itu juga, banyak pula pengunjung lain yang berwisata ke sini, maklum karena waktu itu kan akhir pekan.

Pantai ini memang menjadi pesona tersendiri dari Painan. Pantai ini masih relatif terjaga kebersihan (walaupun ya ada sih beberapa tempat yang sampahnya bertebaran di mana-mana).  Menikmati pantai ini juga tak bisa secara langsung bersentuhan dengan bibir pantainya, melainkan melalui jalan titian semacam dermaga. Nah, jalan titian ini sayangnya ada beberapa yang kurang terawat, bahkan ada yang bolong-bolong.

Puncak Langkisau

Selain ada pekan seni budaya, Festival Langkisau juga mempunyai salah satu item acara yang membuat saya penasaran, yakni Lomba Paralayang. Jadi ternyata, kota Painan ini juga menyediakan wisata aerosport, yakni paralayang, di salah satu bukit yang ada di kota ini, yaitu Puncak Langkisau. Hohoho jadi rupanya Langkisau yang jadi nama festival ini diambil dari nama salah satu bukit yang ada di sini.


Pagi hari Ahad ini (26/6) saya menuju ke tempat startnya lomba paralayang ini di Puncak Langkisau. Guna menuju puncak ini, saya menggunakan fasilitas ojek untuk memandu saya ke tempat tujuan yang belum saya tahu menahu di mana. Jalanan yang menanjak dan berkelok-kelok dilalui hingga menuju puncak. Dalam perjalanan terlihat dua sisi pemandangan yang membuat saya kagum, yaitu pemandangan laut dan juga kota Painan dari sisi atas. Subhanallah keren banget dah.

Sesampainya di sana, saya langsung menuju ke tempat start paralayang dan di sana sudah saya jumpai beberapa orang yang sedang bersiap-siap berparalayang ria. Hohoho cuaca yang cerah dan angin yang pas saat itu menjadikan aktivitas paralayang lancar sesuai rencana sepertinya. Saya pun melihat para peserta lomba itu mengibarkan paralayang dan tampak asyik berlayang ria di atas kota Painan. Keren banget dah. Saya sih cukup sebagai penonton aja deh dan berpotret ria, kalau mau ikutan paralayang kapan-kapan aja dulu, sepertinya mahal soalnya hehehe.

Usai menikmati lomba paralayang, saya dan teman saya usil kepikiran untuk mencoba rute turun bukit melalui jalan setapak yang kami temui. Maklum, ongkos ngojek menuju puncak tadi mahal ternyata, sehingga untuk hemat, ya lebih baik turun jalan kaki aja. Toh juga, bukit ini sih kelihatannya gak terlalu tinggi kok.

Rupa-rupanya setelah kami lalui jalan setapak itu, weuw ekstrem nian jalannya. Jalurnya sempit dan cukup curam disertai dengan tanah yang tak begitu padat dan banyak dipenuhi semak belukar. Heuheuheu rasa-rasanya kami saat itu jadi petualang dadakan tersesat di hutan belantara. Sempat beberapa kali saya kepleset dan ngesot gara-gara jalurnya yang ekstrem itu. Alhamdulillah sih gak kenapa-kenapa, paling badan jadi pegel dan juga berpeluh keringat euy. Salah satu perjalanan gila yang patut dikenang banget dah hehehe.

Tersenyumlah Painan...

Begitulah sepekan terakhir yang saya rasakan di Painan. Pahitnya kota ini dengan minimnya beberapa fasilitas dapat terobati dengan nuansa indahnya tempat ini. Semoga sih kesan indahnya dapat berlangsung lama untuk saya, soalnya kelihatannya juga saya masih lama di tempat sini hehehe. Jadilah ada satu harapan tersirat dari saya untuk kota ini, tersenyumlah Painan, senyumlah dirimu agar kau dapat menjadikanku masih tetap terpesona denganmu... Begitulah hehehe J

Painan, 26 Juni 2011, 20.56

80 komentar:

  1. nama kotanya mirip kota di cina

    BalasHapus
  2. Take care Dek ^____^v btw sama kota Padang kira-kira berapa jam Dek ?? njuk dikau kesana pake penerbangan apa ?? dari jakarta kah ?

    (investigasi sebelum ke sana)

    BalasHapus
  3. @ Tofan : emang dikau pernah kesana ??

    BalasHapus
  4. Dih, ya belum lah, kak Miftah. ;p

    Sumbar yang sering gempa kan Mentawai.

    BalasHapus
  5. @mas iqbal....
    kota mana, mas? yunan-kah? yang jelas sih kalau diplesetin dari pecinan juga, ni kota painan gak ada bau-bau chinesenya he (hingga sekarang belum ketemu orang china di sini, red.)

    BalasHapus
  6. @ Tofan: Oohh kirain dirimu melanglang buana kesana Dek ^____^v

    BalasHapus
  7. @mb miftah
    semoga Allah melindungi saya...
    kalau 77 km itu ditempuh perjalanan darat sekitar 2 jam, mbak...
    yoa, kemarin dari Jakarta...

    BalasHapus
  8. @topenkkeren (tofan yo nama aslinya? he belum tahu)
    hm kalau liat petanya sih, emang tinggal seberang pulau aja tuh...

    BalasHapus
  9. @mb miftah dan tofan...
    ya udah ntar kalau ke sini, sekalian aja ke mentawai he
    *katanya sih gempa mentawai yang lalu juga sangat terasa di sini

    BalasHapus
  10. @tofan
    begitulah kiranya he :)
    makanya rawan gempa

    BalasHapus
  11. @mas bambang...
    hehehe tapi yo gak semua tempat oke punya internetnya...
    entah kenapa ngenet (pake fasilitas pribadi lo ya) di kantor tuh lancar jaya
    tapi kalau di kos agak seret internetnya hehehe

    BalasHapus
  12. view ruangan kerjanya mana?
    *belum pernah juga seh ngupload foto ruangan kerja... xixixixixi

    BalasHapus
  13. @mas bambang
    hehehe iyo jugo sih...

    BalasHapus
  14. lagi seneng denger cerita tentang daerah baru dari temen2 yg baru penempatan. ditunggu cerita2 laennya nas..

    oya, kok tiba2 jadi keinget ama pasangan yumi gara2 bahasa minang.. hehe

    BalasHapus
  15. @ifa
    kalau liat isinya grup fb DJPB 2010 weuw banyak cerita beneran tuh... walaupun sih yo pada pake format laporan singkat gitu, gak pake cerita panjang kek saya gini...

    bahasa Minang? kemaren sempat gtalk-an ria di grup BEM08 uni Ismi pake bahasa Minang mulu...~_~

    BalasHapus
  16. semoga betah
    dapat jodoh di sana
    trus beranak pinak di sana
    jadi bupati di sana
    biar pembangunan gak lelet lagi :D

    BalasHapus
  17. Paik Nian? Tapi kalau melihat foto-foto itu, alamnya tampak indah sekali ... he he he ...

    BalasHapus
  18. @mb april...
    weeeeh doanya yoooo... banyak nian dan komplit....
    tapi kok rasanya mending bangun Salatiga aja dah...
    back to the hometown hehehe

    BalasHapus
  19. @mas hendra
    for some aspect seperti yang saya sebutkan di awal-awal ni, yo paik nian saketeklah
    hoooo kalau liat secara langsung lebih indah lagi lo mas...
    soalnya foto yang saya ambil kan anglenya kadang kurang pas he

    BalasHapus
  20. wah enak ya kosannya deket sama lokasi2 wisata jadi bisa langsung berpetualang.
    fotonya di album'a Nas biar enak liat pemandangan n kenarsisanmu :P

    BalasHapus
  21. @mas ihwan....
    sebenarnya lebih tepatnya... ni kota tuh kecil banget, jadi ke mana-mana tuh gak ribet jalannya, serba dekat gitu he

    dikasih di album? bolehlah kalau koneksi mengizinkan... belakangan ni masih lemot jaringannya kalau di kos... kalau ngenet di kantor, serba salah gitu rasanya (karena urusan selain kerjaan hehehe)

    BalasHapus
  22. pake apa di kosan?
    uhm kan fasilitas kantor. mubazir kalo ga dimanfaatin :)

    BalasHapus
  23. @mas ihwan...
    yo modemlah... pake jaringan yang katanya terluas se-Indonesia hehehe
    tapi keknya gegara ruangan kamar kos saya yang serba tertutup deh

    BalasHapus
  24. @mb ayudiah
    lebih kerenan aslinya dijamin euy...

    BalasHapus
  25. ow kirain pake sepatu wekekeke
    aku juga ada rencana beli modem tapi kamar tertutup n ga ada jendela.
    *mulai OOT*

    BalasHapus
  26. @mas ihwan...
    weleh weleh mas ihwan ni ado ado sajo lah dirimu hohoho

    BalasHapus
  27. Wah cuma dua jam ke padang.. dekat ya, jadi wiken bisa berburu buku di padang hhihihihi.. Semoga betah yah...

    BalasHapus
  28. eh Mus, kamu kok ga penempatan?
    atau udah.

    BalasHapus
  29. Aku baru lulus wan.. Mungkin penempatan sekitar bulan oktober... Mohon doanya yah.. :)

    BalasHapus
  30. ow kirain duluan kamu timbang Anas.
    oke, gudluck ya. milih ditempatin dimana ntar?

    BalasHapus
  31. Pengennya sih di Jakarta aja.. klo bisa wan.. mohon doanya kakak :))

    BalasHapus
  32. @kak muse
    hohoho salah satu kebiasaan yang rutin di sini adalah hijrahnya penduduk temporer di sini ke Padang saat akhir pekan...
    soalnya ya di sini (katanya) membosankan dan kurang fasilitas sih...

    tapi yo bagi saya yang baru di sini, masih bisalah menikmatinya he

    BalasHapus
  33. @kak muse
    cieeee yang penempatannya bisa milih gitu..... *eh, sama deng saya juga dulu polling cuman opsinya itu lo hehehe

    la sekarang magang di mana, kak? *jangan-jangan nganggur jaya ya

    BalasHapus
  34. @mas ihwan
    jelasnya ni kak muse tuh senior saya... wong saya baru kelar DIII, e ternyata tak dinyana kak muse adalah mahasiswa dari semester akhir DIV...
    dulu penempatan awal juga di jakarta kan yaks?

    BalasHapus
  35. Masih nganggur nas.. minggu ini pendaftaran yudisium, minggu depan Insya Allah yudisium.. Trus kita dibalikin ke instansi masing-masing.. Biasanya sih magang dulu 3 bulan trus penempatan.. soalnya oktober kudu naek pangkat hehehehehehe....

    BalasHapus
  36. Hohohoho... Terima kasih dek anas sudah menjelaskan... Yap dulu setelah lulus D3 ditempatin di Kramat Jati kemudian dipindah di Madya Jaktim....

    BalasHapus
  37. Oh begitu, makasih dek Nas atas penjelasannya. Dek Mus sok misterius, mungkin takut ketauan seniornya :P

    BalasHapus
  38. Seneng aja klo dikira lebih muda wakakakak :))

    BalasHapus
  39. kamu ga sendiri Mus ahahahaha.
    aku sering dikira lebih muda, ya resiko wajah imud :P

    BalasHapus
  40. i see i see... pengalaman banget tuh kek si akarmembiru.multiply.com....
    semoga lancar dan tepat waktu...
    *oalah ternyata ujung2nya karena naek pangkat to ~_~

    BalasHapus
  41. tambah i see i see isee hehehe
    sama-sama aja deh
    sekemenkeu gitu lo...
    sealmamater pula

    BalasHapus
  42. iyakah?
    hohoho mungkin sih biar keliatan awet muda aja kali ya
    *apakah benar kak muse? hihihi

    BalasHapus
  43. jadi inget dulu gimana saya salah nebak kak muse ni ~_~

    BalasHapus
  44. Hahaha begitulah nas.. jadi klo ada yang mengira diriku anak D3 tak diemin aja hahaha... :))

    BalasHapus
  45. ho? mas ihwan jugakah?
    hohoho kumpulan para wajah masih muda nih
    *saya ikut ndak ya hihihi

    BalasHapus
  46. pantai & puncaknya bagus. keren..keren..... jd pengen kesana.

    BalasHapus
  47. itu emangnya indahnya tempat ni... tapi emang enaknya berkunjung di sini tuh sebentar aja... kalau lama mpe menetap ya agak kerasa pahitnya dah hehehe

    BalasHapus
  48. wow, jaket coklat itu lagi...
    foto itu menjadi bukti jaket itu telah melanglang buana lebih jauh dari aku.

    BalasHapus
  49. kenalkan tuh jaket DINAMIKA 2008, pak....
    hohoho mbokyao menyanjung orang yang make dong, kan juga udah melanglang buana hehehe

    wuedyaaan sibuk nemen yo, kok baru kebaca sekarang?

    BalasHapus
  50. nguik...nguik...
    lagi latihan ngeprint. kagak bisa2 gw. :p

    BalasHapus
  51. perlu bantuanku...
    aku kan sekretarismu...

    *eh tapi jarak memisahkan kita deng :melet

    BalasHapus
  52. nah, itu dia. emang perlu sekretaris.
    pekerjaan2 mudah seperti ngeprint mendatangkan kesulitan tersendiri bagi kabid acara nasional.

    BalasHapus
  53. @pak ali....
    nggaye sih mentang-mentang kabid acara nasional...
    merakyat dan serbabisa dong *halah

    BalasHapus
  54. [update] foto-foto yang lebih jelasnya lagi tentang pengalaman saya sepekan ni di painan dapat dilihat di http://nanazh.multiply.com/photos/album/31/pesona_painan

    BalasHapus
  55. Painan...
    Awalnya Mbak kira nama orang lho, Nas

    BalasHapus
  56. wuih nama orang ya...
    makanya diminta untuk tersenyum hehehe

    emang masih kurang terkenal deh kota ni ~_~ makanya saya promoin hehehe

    BalasHapus
  57. Subhanallah, tempat yang indah n beneran Mbak baru tahu
    Aset pariwisata, semoga semakin banyak yang berkunjung ke sana

    Btw, berapa jam itu dari Bukitinggi?

    BalasHapus
  58. alamnya masih "perawan" kalau boleh dibilang seperti itu
    akhir pekan ni saya mau jalan2 ke bukittinggi lo, mbak...

    hmmm kira2 tuh 4 jam sepertinya... (kalau lewat Padang, kan Painan-Padang 2jam, terus Padang-Bukittinggi 2jam

    BalasHapus
  59. @dian...
    begitulah senyum painan yang saya rasakan

    BalasHapus
  60. Subhanallah...
    Banyak juga yang penempatan di kampung saya ya...

    Barakallah ya akhi, semoga betah dan segera bergabung dengan pejuang da'wah disana...
    salam buat Heri dan ida di solok, juga dayat dan dwi di bukittinggi (kali-kali kapan2 antum mampir ke sana...)

    Kalo sempet main ke payakumbuh ya :)

    BalasHapus
  61. dari Sumatera Barat to, mbak?
    Allahumma aamiin semoga berkah dan betah untuk saya...
    insya Allah pengen bersilaturahim dengan ikhwah lain di sini...
    payakumbuh? bolehlah berkunjung nanti

    BalasHapus
  62. insya Allah
    semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan bersabar untuk saya di sini

    BalasHapus
  63. Tersenyumlah painan, dan tersenyumlah mas anas :D.
    Biasanya berapa tahun dipindahtugaskan mas?

    BalasHapus
  64. kira2 5tahun mas... semoga lebih cepat dari itu *sangat berharap*

    BalasHapus
  65. sawangane kok ora menikmati ngunu mas?
    hhe,
    semoga betah disana masbro ;)

    BalasHapus
  66. beberapa kepahitan di sini nih yang bikin agak sulit betahnya he...
    jadi kepengen dinamis juga sih... nggak stag di satu daerah....
    Indonesia masih begitu luas katanya hehehehe

    BalasHapus
  67. Iyahh, menikmati kedinamisan sebelum memiliki anak istri..
    Haha

    BalasHapus
  68. yayaya sepertinya kok begitu yo mas hehehe

    BalasHapus